Jumat, 25 November 2011

Cerita Tanpa Judul


 Awal Dari Kegagalan :
             
“Tuttniittt….tuuuuniiiittt...niiit….”
            Itu adalah nada pesan yang terdengar beberapa kali dari handphone bututku.Aku langsung berlari menuju kekamar untuk melihat pesan apa yang ada didalamnya,wah….ternyata ada enam pesan ,pengirimnya dari Lisa,Yanti,Ani,Indah,Mona,dan si cumi.Pertanyaan yang isinya “Dian, NEM lu berapa,gue kecil…”dari Yanti dan Indah kemudian, kalau dari si cumi cuma bisa nanyain lagi ngapain.Isi pesan mona sama Ani hanya menayakan mau lanjutin sekolah dimana.Aku sendiri juga belum punya keputusan untuk melanjutkan sekolah dimana.Aku yakin,aku bisa masuk  SMAN 71 sekolah itu berstandar Internasional.Banyak sekali siswa yang ingin bersekolah disana dengan alasan bermacam-macam,bukan lagi karena sekolah terfavorit.Termasuk aku bermimpi masuk dan menjadi lulusan sana,bangga dan bercampur bahagia.Yang kulihat disana aku pasti bertemu dengan orang-orang hebat yang mempunyai kualitas yang berharga dan aku menjadi salah satu dari mereka.Sekolah yang megah dan memakai seragam batik 71.Khayalanku buyar ketika,nada pesanku berdering kembali,ternyata dari Cia.Cia adalah satu-satunya orang yang paling kutunggu untuk mengirim pesan padaku.Karena sekarang ini aku menyerahkan masa depanku ditangannya.Aku meminta batuannya untuk melihat jumlah NEM ku dari layanan internet.Karena aku tidak punya fasilitas internet dirumah dikarenakan kurangnya biaya yang belum memadai.Aku membuka isi pesan itu dengan perasaan campur aduk,deg-degkan,cemas,senyum-seyum sendiri.Degup jantungku berdetak sangat keras,rasa keingin tahuanku tidak terkendali.
            Hingga akhirnya,aku menekan tombol yes.Dan yang kulihat tulisan dengan huruf besar semuanya 

”NILAI NEM PUNYA DIAN NITA AGUSTIN SEBAGAI BERIKUT :
BAHASAINDONESIA               : 8,40
BAHASA INGGRIS                   : 5,80
MATEMATIKA                          : 6,75
ILMU PENGETAHUAN ALAM  : 7,00
JUMLAH                                    : 27,95 selamat ya Yan.”

Aku terdiam.Bukan berarti tidak tahu bagaimana membalasnya,tapi menunggu waktu yang pas sembari mengumpulkan keberanian untuk mengeluarkan apa yang ada dikepalaku melalui mulutku.Sesuatu yang agak ekstrem melayang dipikiranku.Masih tidak percaya,aku membaca lagi.Aku tidak sedang berimajinasi.Jadi hanya 27,95 nilai nominal dari hasil kerja kerasku ini selama tiga tahun aku di SMP.Jumlah yang menyakitkan untuk masa depanku.Bagaimana bisa aku masuk sekolah favorite itu,bagaimana ini…..
            Aku melangkahkan kakiku keluar dari kamar untuk mencari ibu.Aku tidak menghiraukan suara nada pesan yang masih terus berbunyi.Posisi tubuhku tepat ada didepan ibu sekarang,aku tidak berani bilang jumlah Nemku padanya.Aku takut ia kecewa padaku.”Bu, jumlahnya  cuma 27,95.”Aku menggunakan kata-kata “Cuma” agar kedengarannya tidak terlalu boombastis ditelinga ibuku.”kok.kecil.Itu mah gak bisa masuk 71.Cia berapa jumlahnya?”dengan  nada yang biasa saja.Aku bingung,anaknya kan aku bukan Cia kenapa ia ingin tahu sekali jumlah NEM orang lain.Lalu aku jawab “Gak tahu,36 kalie!”nada sedikit membentak,sembaring mengkerutkan dahi.Aku kembali kekamar ku.Aku menghentikan aktivitasku sesaat,dan duduk dipinggir tempat tidur.Sempat terbesit rasa keinginan untuk tahu berapa jumlah NEM Cia.Aku mengirim pesan padanya ”Cia jumlah NEM lu berapa ?”.Secepat kilat ia membalasnya “gue 33,na”.Aku langsung membanting handphoneku keatas tempat tidur.Memang benar Cia adalah siswa satu-satunya yang paling menonjol prestasinya dibandingkan dengan siswa lain.Ia tumbuh menjadi anak yang cerdas,mungkin karena ia keturunan dari jerman.Sekilas jika melihat wajahnya ada wajah-wajah bule.Anak ketiga dari empat bersaudara.Saudara kandungnya perempuan semua.Waktu aku main kerumahnya,aku tidak bisa membedakan Cia dengan saudara perempuan lainnya,wajah mereka semuanya hampir mirip.Cia adalah teman yang paling suka bercanda dan tertawa.
            Kemudian setelah beberapa saat,aku memikirkan nilai itu. Dikepalaku tidak ada yang lain selain rasa iri, banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang membuat kepalaku mau pecah.Aku harus tanyakan pada siapa.Mengapa hanya segini kemampuan ku? Aku harus sekolah dimana dengan jumlah itu? Apa aku bisa masuk negeri?  Bisa gak masuk 71? Bagaimana kalu ga bisa masuk?
            Sama sekali tidak ada jawaban yang kudapatkan.Aku sudah kehilangan satu impianku,Aku belum siap menerima kenyataan itu.Apa yang harus kulakukan?.Begitu banyak rasa kekecewaan yang kudapati,mengapa aku harus menerimanya ditahun ini?.Seperti ada kekuatan untuk bangun melihat selembaran daftar nama-nama sekolah negeri yang terceceh didalam rak-rak buku yang belum kubereskan kemarin malam.Setelah ku teliti dari yang paling atas hingga bawah,tidak ada.Tidak ada sekolah yang nilai terendahnya sama dengan nilai NEMku.Aku terduduk lesu masih berharap ada keajaiban datang menolongku.
            Kata hatiku berbicara lagi “Aku tidak mungkin berhenti sekolah hanya karena ini.Begitu banyak impian-impianku yang ingin kumiliki suatu hari nanti.Aku ingin sarjana.Aku harus kuat.Masih banyak hal-hal yang belum kuketahui diluaran sana,Haena…Jangan seperti ini.Jangan seperti orang bodoh.Tapi,keadaan seperti ini merupakan yang tersulit.Apa aku akan menerima harga diriku tersisihkan.Bahkan,aku tidak mampu untuk menyenangkan diriku sendiri.Tuhan….apa kau tahu semua ini.Apa ini takdir dari-Mu untukku,Tuhan? Mengapa semua menjadi buruk?.” Aku sempat meneteskan air mata mengatakan kalimat terakhir itu.Mengambil risiko menjadi pilihan terakhirku.Risiko? Ah.bahkan aku tidak membayangkan aku mempunyai risiko.Ada sebagian orang yang mengatakan risiko itu adalah segala kemungkinan yang membuat kita gagal. Berarti aku sudah GAGAL!!!.Aku jadi ingat buku teens spirit yang mengatakan kesukseskan berawal dari banyaknya kegagalan yang kita alami.Apa nanti aku akan sukses seperti yang dikatakan buku itu.Akhhhh….sudah aku sadar dari lamunanku.Kepalaku sakit jika memikirkan hal seperti itu.
            Hari pertama daftar sekolah SMAN.Aku berangkat pukul 6.35 pagi dengan kendaraan umum dan meamakai baju seragam dari SMP.Hanya membawa map berwarna merah yang isinya dua lembar hasil keterangan ujian nasional,kertas kosong,dan bolpoint hitam.Aku mendaftarkan diriku ke SMA terdekat dari rumah jadi naik kendaraan umumnya hanya satu kali .Dengan uang sepuluh ribu rupiah disaku,aku memberanikan diri melangkahkan kakiku disana.Jam sudah menunjukan pukul tujuh.Ketika aku sudah sampai ditempat itu,banyak orang tua yang lalu lalang mengantarkan siswanya mendaftar.Aku jadi ingat ibu,tadi pagi aku memintanya untuk mengantarkanku.Tapi malah ia menjawab “Kamukan sudah besar,masa dianterin sama ibu terus,daftar sekolah gitu ajah ga berani..!”.Aku sudah tahu jawabannya ia tidak mau mengantarkanku,selalu sibuk dengan pekerjaannya sendiri dan tidak pernah memperhatikan anaknya.Rasa semangatku sempat luntur karma hal itu,aku bersusah payah mematahkan pemimikiranku itu.
            “Ayolah…..ayolah……, Dian tinggal sedikit lagi” aku berkeras dalam hati.
            Aku mempercepat langkahku untuk mengambil fomulir yang ada di meja bapak tua itu.”selamat pagi,pak…”begitu ku menyapanya.”Pagi…eneng dari Jakarta atau dari luar Jakarta” dengan nada rasa ingin tahu darimana aku berasal.”Dari Jakarta,pak..”kataku mantap.”Oh…ini ambil formulir yang kiri ya,pake map warna merah,nanti kalo udah diisi taruh disini lagi ya,neng..”Sambil menyodorkan kertas formulir kearahku.Lalu,aku mencari posisi yang enak untuk menulis.Sudah kuisi semua dataku dengan teliti dan tulisan yang rapih.Kumasukan kertas formulir itu dengan map merah yang kubawa tadi.Langsung kuserahakan ke bapak tua yang ada dimeja tempat formulir itu yang dibagikan secara gratis.
            ”Taruh sebelah sini,neng…Nanti eneng nungguin diruangan itu aja ya..disana nanti dikasih tanda bukti kalo neng udah kedaftar.”dengan logat sundannya yang begitu kental.”Ya,pak makasih..”aku mencium tangannya yang begitu banyak garis-garis kerutan.Matahari sudah semakin tinggi,tapi nama ku belum juga dipanggil.Untuk menghilangkan rasa bosan,aku mencari minum keluar.Letak kantin berada ditepi lapangan sebelah kiri.Minuman berwarna orange itu sungguh mampu menyegarkan tengorokanku yang sedari tadi minta dikasih air.Tiba-tiba saja ada yang memanggil namaku “Yan..Dian….!!” Terdengar sura dari seberang sana,aku masih mencari darimana asal suara itu.
            ”Eh….Yan lu daftar disini”
            “Hey…Ni.Ya ampun lu bikin gue kaget ajah…ani lu daftar disini juga,bukannya lu bilang mau masuk sekolah keperawatan langsung.” Kataku terheran-heran
            “iya sih.gue juga udah daftar disana.Ya,iseng-isenglah daftar SMA siapa tahu bisa diterima” sambil cengengesan
            “Bagus deh kalo kaya gitu, yaudah kita ketempat pengumuman yok !” melangkahkan kaki ketempat pengumuman
Tepat pukul jam 13.25 nama ku dipanggil.”siswi yang bernama Dian Nita Agustin,harap kedepan” dengan memakai speaker.
Aku langsung bergegas menuju asal suara itu.
            “Ini semua datanya sudah lengkap.Yang lembaran putih ini buat kamu,jangan sampai hilang ya.Besok pagi kamu  datang kesini lagi buat ngecek diterima dimana.”
            “Oh….iya Bu,makasih ya bu.”
Harus menunggu tiga hari lagi untuk menentukan nasibku kemana.Menunggu biasanya adalah hal yang paling dibosankan oleh semua orang karena,kita tidak tahu kepastian yang kita yakini itu terjadi.Tidak apa-apalah,aku pasti akan menunggu dan terus menunggu hari itu.Walaupun tidak tahu hasilnya apa nanti.

Masa Lalu Yang di Kenang
With Love 
Dian Agustin


2 komentar:

  1. widih dian
    ceritanya bagus

    follow this twitter @TtAVIKOCS
    Thanks before :)

    BalasHapus
  2. bisa ajaaa nih si zul...
    udah gue follow kok :)

    BalasHapus