Rabu, 30 November 2011

Cinta dalam Sepotong Tribun Gelora Bung Karno

Cerita Cantik ini buatan dari : Dwitasari :)


 

Dengan langkah tergesa-gesa, aku berjalan menyusuri bagian luar Stadion Utama Gelora Bung Karno. Masih terdengar suara nyaring klakson mobil yang beradu merdu dengan klakson sepeda motor, mereka saling berteriak nyaring, mereka saling memperingatkan. Selain suara klakson yang menderu itu, ditambah lagi suara pedagang yang menjajakan dagangannya. Mereka sangat ahli mempromosikan jersey-jersey menarik yang sedikit menggoda mataku untuk meliriknya. Orang sepertiku yang sangat gila bola, selalu tergiur melihat merchandise menggemaskan yang terpampang tepat di depan mataku. Ah, tapi aku tak boleh tergoda! Daripada harus berdesak-desakan memasuki pintu stadion, lebih baik aku mempercepat langkahku, agar aku segera duduk nyaman sembari menunggu pertandingan dimulai.

Pukul 18:00, stadion telah ramai oleh pendukung Indonesia yang mengenakan berbagai macam atribut. Ada yang mencoreng wajahnya, ada yang dengan semangat mengenakan jersey Indonesia, ada yang siap dengan terompet dan perkusi lainnya, dan ada pula yang biasa-biasa saja, sosok seperti inilah yang selalu berteriak hanya dalam hati saat pemain Indonesia penuh peluh dan keringat di tubuhnya, untuk berjuang dan memenangkan pertandingan. Sementara aku, sederhana saja. Aku mengenakan jersey Indonesia, kamera digital di tangan kanan dan blackberry di tangan kiri, semua barang berharga sengaja kutinggalkan di mobil. Aku masih menunggu dengan sabar, melihat pemain Indonesia berlaga dengan skill mereka.
***
Pukul 19:00, kulihat dari kejauhan tim official pertandingan telah bersibuk-sibuk ria dengan persiapan sebelum pertandingan. Bendera fairplay dibawa ke dalam lapangan, diikuti oleh para pemain Indonesia dan LA Galaxy, dengan wajah mereka yang ramah, mereka menyambut suara tepuk tangan dari ribuan penonton Stadion Utama Gelora Bung Karno. Terbesit rasa kelegaan dan kepuasan dari para penonton, hal yang mereka tunggu-tunggu tiba, perjuangan mereka tak sia-sia. Peluit wasit melengking dan pertandingan dimulai!
Sang kulit bundar dipermainkan begitu saja oleh pemain-pemain ahli yang berlaga di lapangan hijau, dia pasrah pada keadaan, dia terima apapun yang dilakukan para pemain selama pertandingan. Digiring kesana kemari, ditendang dari ujung ke ujung, sementara suara riuh di stadion semakin membakar semangat para pemain. Inilah yang disebut dengan indah, saat semua orang bisa bersatu dan melupakan perbedaan. Mereka lupakan warna atribut tim lokal mereka, mereka lupakan yel-yel yang sering mereka nyanyikan saat menyemangati tim lokal mereka, kini mereka satu! Rasa kebersamaan mereka semakin terasa ketika lagu kebangsaan Indonesia Raya dikumandangkan, ada berbagai macam suara, tua muda ikut bersorak, suara alto hingga sopran menggelegar, suara bass hingga tenor saling bersautan, seindah gerak harmonik sempurna tanpa gaya pemulih.
***
Berkali-kali aku bersorak-sorai, berkali-kali juga aku terduduk menahan rasa kekecewaan, Indonesia banyak peluang tapi tak memaksimalkan. Aku benci kalau ujung-ujungnya harus menyalahkan Dewi Fortuna, aku benci kalau akhirnya ada issue yang mengatakan bahwa yang menang haruslah tim tamu. Setelah kuamati tak ada lagi penyerangan dari Indonesia, aku hanya membiarkan tubuhku tersandar di tempat duduk. Aku iseng memotret-motret penonton. Saat aku sedang iseng memotret para penonton di bagian kananku, kulihat seorang wanita yang masih bersemangat menyemangati pemain Indonesia. Peluhnya yang mulai membasahi keningnya tak menghalangi dia untuk tetap optimis bahwa Indonesia akan memenangkan pertandingan. Setelah kuamati dari jauh, sepertinya aku mengenal wanita itu. Kutekan tombol zoom in pada kameraku, ya ternyata aku mengenalnya! Nita! Temanku sewaktu SMA dulu, atau kusebutkan lebih spesifik lagi. Nita! Cinta pertamaku! Wajahnya kini berbeda, rambutnya yang menjuntai mayang hingga sebahu, hidungnya yang masih saja agak pesek, dan matanya yang masih saja bulat, mata yang selalu kunikmati sinarnya sewaktu dulu, semasa SMA.
Selama pertandingan, aku sama sekali tak memperhatikan pemain Indonesia dan sang bintang David Beckham. Padahal, tiket semahal ini sengaja kubeli hanya untuk melihat sosok sang bintang itu. Ah, siapa peduli? Aku lebih suka menikmati wajahnya yang kini berada di depan mataku walau berjarak beberapa meter dari tempat dudukku. Nita, ah 11 tahun yang lalu senyumnnya masih bisa kunikmati dengan bebas, bayangnya masih bisa kureka-reka setiap harinya. Kali ini, aku merasa sengaja dilemparkan waktu untuk kembali ke masa lalu, masa dimana cinta masih begitu tulus dan tanpa tuntutan, masa saat cinta tak butuh pengungkapkan tapi cukup dengan tindakan, bukan sekedar perkataan!
Aku menunggu peluit wasit yang menandakan pertandingan telah usai agar segera dibunyikan. Aku ingin menyapa Nita! Aku ingin menemui dia! Aku ingin bertanya tentang kabarnya! Oh, tolonglah aku Tuhan, beri waktuMu untukku, hanya untuk melihat senyumnya lagi, hanya untuk mengingatkan padanya bahwa aku pernah hidup, walau aku hanya hidup dimasa lalunya.
Kenangan cinta pertama memang sulit untuk dilupakan, karena itulah saat cinta benar-benar menemukan ketulusannya, saat cinta menjelma menjadi bagian yang membawa energi positif bagi seseorang. Sayangnya, tak semua cinta pertama akan berakhir bahagia. Ada yang memendamnya diam-diam, ada juga yang menahan malu hanya untuk mengatakan perasaannya. Dan aku adalah jenis orang yang pertama, yang hanya mampu memendam dan berdiam.
***
Peluit pertandingan telah berbunyi dengan nyaring, aku bergegas meninggalkan tempat itu, kulihat sosok Nita juga mulai bersiap-siap meninggalkan tempat duduknya. Dalam ketergesa-gesaan, aku menerobos penonton yang masih sibuk membicarakan hasil pertandingan yang tidak begitu memuaskan. Sepertinya Nita benar-benar tak menyadari kehadiranku, dia terlalu serius menyaksikan pertandingan yang mungkin menurutnya sangat seru. Entahlah, aku tak tahu apakah pertandingan itu seru atau tidak seru, karena bagiku “pemain” utamanya adalah Nita, cinta pertamaku, dan itu adalah bagian terseru!
Kini, Nita telah berada di depanku, aku mengendap-endap mengikuti langkahnya, agar dia tak merasa curiga pada seseorang yang berjalan di belakangnya. Dia berjalan menuju toilet pria, lalu dia bersandar di dinding samping pintu toilet pria. Dia sibuk menghapus peluh yang membasahi kening dan pipinya, aku yang bergabung dengan kerumunan penonton yang menuju pintu keluar sama sekali tak tersentuh oleh tatapan matanya. Kuberanikan diri untuk mendekatinya. Langkahku mantap, jantungku berdetak dengan hebat.
“Hey, Nit!” Ucapku malu-malu, aku mencolek bahunya.
Dia menoleh, memperhatikan wajahku dan sorot mataku, “Eh, Kevin. Lho kamu disini?” Jawabnya dengan pertanyaan balik, dia mengingatku! Dia masih mengingat namaku!
“Iya, tadi gue nonton tapi enggak terlalu fokus.”
“Lho, kenapa?”
“Tadi, gue lihat elo di dekat bangku gue sebelah kanan, tapi kayaknya elo enggak lihat gue.”
“Oh ya? Wah, segitunya.”
“Jujur, gue kangen sama elo. Udah sebelas tahun ya? Lama juga.” Seraya menundukan kepala, kuucapkan kata-kata yang belum disaring diotakku.
“Gue juga kangen, tapi itu masa lalu, semua udah berubah, Vin. Elo masih sendiri?”
“Iya, dan elo? Masih sendiri juga?” tanyaku dengan wajah penasaran, kami saling bertatapan.
Tiba-tiba, seorang pria keluar dari toilet, menarik tangan Nita dengan kasar, “Sayang, lama ya nuggunya? Balik yuk!” Ucap pria itu dengan suara yang sengaja dilembut-lembutkan. Kulihat ada cincin berbentuk sama yang terpasang di jemari Nita dan pria itu, aku hanya memasang senyum miris.
Dengan langkah terpaksa, Nita meninggalkanku, diam-diam dia menyelipkan kartu namanya di jemariku. Aku kembali memasang senyum miris. Dia hanya meliukan kepalanya untuk menatapku yang ada di belakangnya, tangan kanannya digenggam secara paksa oleh pria itu, sementara tangan kirinya memberi isyarat “Call me!”
Sama seperti 11 tahun yang lalu, dia meninggalkanku tanpa isyarat. Tapi, kali ini, saat kita bertemu, dia berikan isyarat, dia kembali menanamkan arti baru. Ah, cinta pertama, serumit itukah kamu?

Selasa, 29 November 2011

Untuk Hari Ini,Esok dan Seterusnya..

Saat sahabatku bertanya apakah aku masih kuat? Sebenarnya ingin menangis, tapi aku berusaha untuk menjadi tegar didepannya. Bagiku saat itu minimal aku berusaha untuk menjadi tegar untuk orang yang aku sayangi. Aku mengerti pasti ayahkulah yang membuat mereka tidak bisa menemani aku saat itu. Untung Tuhan masih memberikan seorang sahabat yang tidak pernah berhenti memberikan makanan rohani untuk menguatkan aku, bahkan membuatku tersenyum saat aku mulai ingin menangis. Lebih lagi aku masih punya Tuhan yang tidak pernah meninggalkan aku, saat aku berada dalam lembah paling kelam dalam hidupku sekalipun, Dia tidak pernah lepas tanganku.


Kalau sampai saat ini aku masih berdiri, melangkahkan kakiku melewati hari esok, semua hanya karena anugerah, kepercayaan yang Tuhan berikan padaku. Bukan kuat, bukan gagah, bukan kepintaran yang kupunya yang membuatku bertahan. Tapi Tuhan yang menguatkan aku, yang masih memberiku kesempatan untuk mengecap setetes embun yang Tuhan sediakan bagiku. Mungkin hari ini aku menangis, tapi aku belajar menanamkan di hati kalau setiap air mata yang kuteteskan, diusap-Nya dengan lembut oleh Bapa disana, bahkan Dia membisikan ke telingaku bahwa ada janji-Nya untuk ganti air mata jadi bahagia, ganti dukaku jadi sukacita. Aku percaya, satu kali nanti akan ada hari senang yang Tuhan beri untuk kukecap. Saat kaki ini menjadi begitu lemah untuk melangkag, saat aku tidak tau kemana jalan yang harus kutempuh, aku hanya ingat ada Bapa yang selalu ada untukku, mengendongku saat badai menerpa dalam hidupku. Jika aku masih diberi mujizat untuk hidup lebih lama lagi, berarti ada pelangi yang Tuhan mau aku lihat di hari esok.


Walau terkadang kita tidak bisa mengerti apa maksud dan rencana Tuhan dalam hidup kita. Walau kadang kita harus melangkahkan kaki ini diatas batu tajam yang setiap langkahnya menusuk dan melukai diri ini dengan tajam. Tapi sejauh mentari masih bersinar, berarti masih ada harapan bahwa hari esok bisa lebih baik dari ini. Orang lain bisa meninggalkan kita, bahkan terkadang mungkin kita berpikir bahwa orang tua bisa melupakan kita, tapi ada satu sosok yang menangis saat kita menangis, yang menggenggam tangan kita saat kita bingung, yang memeluk kita saat kita sakit, satu sosok yang tidak akan pernah meninggalkan kita. Dan Dia hanyalah sejauh doa.


08.30-10.00
29.11.2011
Fisika
SMA Yadika 4

Sabtu, 26 November 2011

Aku Butuh Perhatian Kecil



Sekarang aku sedang menonton tv diruang keluarga.kadang mulutku tidak bisa diam..Jika ada sesuatu yang kulihat dari sebuah gambar di tv atau lagi sedang berfantasi ria akibat brightest yang terlalu cerah.Sudah berapa kali ku tanyakan ini itu ini itu kepada orang yang duduk tepat disampingku,,tapi...dia tetap diam.Rupanya dia sengaja tidak mendengar ocehanku..

"Mah..liat deh,bagus banget pantainya,aku pengen deh mah ke pantai yang bersih kaya gitu."

"ihh...mah,mie nya banyak togenya,itu namanya mie toge kan,coba mah bikin mie kaya gitu mah"

"Kok bisa gitu pah..kalo gitu mendingan didaerah pegunungan pembangkit listrik nya pakai tenaga angin aja ya,tapi bisa cepet kan pah aliran listriknya ke rumah-rumah penduduk."

"Pah..itukan deket dari kampung kita.Besok pas kita kekampung mampir dulu yaa pah..kita kan pake mobil bisa santai kan."

Mereka masih diam.Aku seperti ngobrol dengan benda mati.Jika aku melihat kesamping Papah masih terus menelepon rekan kerjanya dan bila mata ku melihat ke belakang mama masih sibuk dengan masakannya.Aku memang tidak pernah suka menonton tv bersama.Karena pada akhirnya,aku hanya menangis dikamar dan tidak mendapat jawaban apapun.

Duniaku berat untuk aku lalui sendiri....
aku bingung mau cerita dengan siapa....
mereka telah pergi dari kehidupanku...
mereka telah punya kehidupan sendiri...
tapi disini aku butuh perhatian....
yang bisa bantu aku jalani masalahku...
bukan hanya teman antara ada dan tiada...
pikiranku kacau oleh masalahku...
bebanku cukup sulit untuku lalui...
kesabaranku terasa sulit tertahankan...
disaat ini aku butuh perhatian,..
membantu aku untuk bisa bersabar...
sabar dan terus menunggu keputusan...
jalan ini memang sulit...
terkadang kesulitan itu akan hilang...
ketika ada orang yang coba menghibur ku....
tapi sekarang tak ada...
ya sudahlah....
ini nasibku...
ini jalanku....
aku terima apa adanya...



Jumat, 25 November 2011

why...??

 karena aku bicara dengan sopan, kau menggampangkan-ku? Aku setengah berniat untuk memukulmu sampai hancur, tapi aku tidak melakukan itu karena aku ingin mendapat respek untuk diriku sendiri yang untuk sesaat sempat terbuai olehmu.Aku  terbuai..?? tapi pura2 tidak merasakan apa-apa?







Itu tidak mungkin, jadi aku percaya itu tidak benar
Aku mencintai mu , kata-kata ini bahkan tidak masuk akal
Aku mungkin hanya iri, kurasa aku mulai kesepian
Aku menyembunyikan perasaan ku sebelumnya, tapi aku tidak bisa melakukannya lagi

Mungkin kita tidak cocok satu sama lain
Akan baik jika kita hanya berteman..
Dari satu sampai sepuluh, kita tidak pernah setuju pada apa pun
Bagaimana kita bisa memiliki hubungan?
Orang-orang mengatakan kita tidak akan mampu melakukannya
Aku sudah dikelilingi oleh kata-kata dan aku tidak ingin lagi.

Aku tidak menyadari betapa ku merasa tenang didekat mu
Mengapa ku tidak bisa melihat? Itu tepat di depan mata ku
Itu sepanjang waktu mu tepat di samping ku
Mengapa sekarang aku akhirnya melihat bahwa itu adalah kasih?

Aku pikir..ku mencintaimu
Kurasa aku mencintaimu.. itu bagaimana tampaknya?
Karena aku merindukanmu..
Karena aku merindukanmu saat kau tidak ada
Aku tidak bisa melakukan apa pun kecuali berpikir tentang mu
Jika ku melihat bagaimana hal-hal yang aku tahu

Percakapan Di Tengah Hujan

“Pola pikirmu memang jauh di atas umurmu, kamu si 16 tahun yang bisa berpikir seperti seseorang dengan umur 27 tahun.”

“Maksud kamu apa?”

“Ya, kamu bisa berpikir terlalu dewasa dan terlalu kekanak-kanakan. Secara kontras bahkan kamu bisa berubah menjadi begitu menyebalkan. Sedetik kamu dewasa, dua detik kemudian emosimu meledak-ledak seperti bocah yang kehilangan mainannya.”

“Hmm.. oke, tapi tidak ada yang pernah mengatakan itu padaku?”

“Karena kamu masih terlalu rumit untuk diberitahu soal hal ini. Kau rumit dan mereka takut terjebak dalam kerumitanmu. Mereka takut menerka-nerka bagaimana kepribadianmu.”

“Mereka bilang aku sanguin. Karena aku pencair suasana yang beku.”

“Mereka bilang kau sanguin? Kau mencangkup 4 kepribadian sekaligus. Kau memang si pencair suasana, sanguin. Tapi, kau bisa jadi seorang kolerik, kau ingin memimpin segala sesuatu yang bisa kau pimpin. Kau melankolik, si perasa yang terlalu perasa. Dan, sewaktu-waktu kau bisa berubah menjadi seorang plegmatis, yang cenderung tertutup dan memiliki emosi yang datar.”

“Kok rumit?”

“Kembali ke konteks awal, kamu terlalu rumit bagi kebanyakan wanita lainnya. Kamu bisa menjadi egois dan tiba-tiba menjadi begitu romantis. Kau bisa berubah menjadi seorang peredam emosi, tapi di lain waktu kau adalah si tempramen yang meledak-ledak buas emosinya.”

“Apa aku seperti itu?”

“Kau tidak sadar? Ada banyak Dian Agustin dalam dirimu, mereka berganti-ganti sesuai jangka waktu yang mereka punya.”

“Aku.... maksudku aku...”

“Lalu, mereka berganti-ganti dari Dian Agustin yang satu ke Dian Agustin lainnya. Ada Dian  Agustin yang suka menulis tentang 3DS, ada Dian Agustin  yang suka menulis tentang Emosionalnya, ada Dian Agustin yang kritis pemikirannya, ada Dian Agustin yang sulit melupakan masa lalunya, ada Dian Agustin  yang mencintai banyak pria dalam satu musim, ada Dian Agustin yang senang melompat dari satu hubungan ke hubungan lainnya, ada Dian Agustin  yang kekanak-kanakan, ada Dian Agustin  yang pikirannya seperti wanita berusia 27 tahun, ada Dian Agustin yang benci pelajaran menghitung, dan ada Dian Agustin yang takut pada serangga.”

“Saya tidak mengerti.. maksud saya jadi...”

“Dan, kamu berusaha melawan Dian Agustin-Dian Agustin lain yang menggerogoti dan memainkan perasaanmu dalam jangka waktu yang pendek, bahkan mereka bisa datang bersamaan, di saat-saat yang bahkan tak kau inginkan.”

“Saya tidak tahu saat ini kamu sedang berbicara dengan Dian Agustin bagian mana. Selamat malam. Saya tutup telephone-nya. Maaf.”

Cerita Tanpa Judul


 Awal Dari Kegagalan :
             
“Tuttniittt….tuuuuniiiittt...niiit….”
            Itu adalah nada pesan yang terdengar beberapa kali dari handphone bututku.Aku langsung berlari menuju kekamar untuk melihat pesan apa yang ada didalamnya,wah….ternyata ada enam pesan ,pengirimnya dari Lisa,Yanti,Ani,Indah,Mona,dan si cumi.Pertanyaan yang isinya “Dian, NEM lu berapa,gue kecil…”dari Yanti dan Indah kemudian, kalau dari si cumi cuma bisa nanyain lagi ngapain.Isi pesan mona sama Ani hanya menayakan mau lanjutin sekolah dimana.Aku sendiri juga belum punya keputusan untuk melanjutkan sekolah dimana.Aku yakin,aku bisa masuk  SMAN 71 sekolah itu berstandar Internasional.Banyak sekali siswa yang ingin bersekolah disana dengan alasan bermacam-macam,bukan lagi karena sekolah terfavorit.Termasuk aku bermimpi masuk dan menjadi lulusan sana,bangga dan bercampur bahagia.Yang kulihat disana aku pasti bertemu dengan orang-orang hebat yang mempunyai kualitas yang berharga dan aku menjadi salah satu dari mereka.Sekolah yang megah dan memakai seragam batik 71.Khayalanku buyar ketika,nada pesanku berdering kembali,ternyata dari Cia.Cia adalah satu-satunya orang yang paling kutunggu untuk mengirim pesan padaku.Karena sekarang ini aku menyerahkan masa depanku ditangannya.Aku meminta batuannya untuk melihat jumlah NEM ku dari layanan internet.Karena aku tidak punya fasilitas internet dirumah dikarenakan kurangnya biaya yang belum memadai.Aku membuka isi pesan itu dengan perasaan campur aduk,deg-degkan,cemas,senyum-seyum sendiri.Degup jantungku berdetak sangat keras,rasa keingin tahuanku tidak terkendali.
            Hingga akhirnya,aku menekan tombol yes.Dan yang kulihat tulisan dengan huruf besar semuanya 

”NILAI NEM PUNYA DIAN NITA AGUSTIN SEBAGAI BERIKUT :
BAHASAINDONESIA               : 8,40
BAHASA INGGRIS                   : 5,80
MATEMATIKA                          : 6,75
ILMU PENGETAHUAN ALAM  : 7,00
JUMLAH                                    : 27,95 selamat ya Yan.”

Aku terdiam.Bukan berarti tidak tahu bagaimana membalasnya,tapi menunggu waktu yang pas sembari mengumpulkan keberanian untuk mengeluarkan apa yang ada dikepalaku melalui mulutku.Sesuatu yang agak ekstrem melayang dipikiranku.Masih tidak percaya,aku membaca lagi.Aku tidak sedang berimajinasi.Jadi hanya 27,95 nilai nominal dari hasil kerja kerasku ini selama tiga tahun aku di SMP.Jumlah yang menyakitkan untuk masa depanku.Bagaimana bisa aku masuk sekolah favorite itu,bagaimana ini…..
            Aku melangkahkan kakiku keluar dari kamar untuk mencari ibu.Aku tidak menghiraukan suara nada pesan yang masih terus berbunyi.Posisi tubuhku tepat ada didepan ibu sekarang,aku tidak berani bilang jumlah Nemku padanya.Aku takut ia kecewa padaku.”Bu, jumlahnya  cuma 27,95.”Aku menggunakan kata-kata “Cuma” agar kedengarannya tidak terlalu boombastis ditelinga ibuku.”kok.kecil.Itu mah gak bisa masuk 71.Cia berapa jumlahnya?”dengan  nada yang biasa saja.Aku bingung,anaknya kan aku bukan Cia kenapa ia ingin tahu sekali jumlah NEM orang lain.Lalu aku jawab “Gak tahu,36 kalie!”nada sedikit membentak,sembaring mengkerutkan dahi.Aku kembali kekamar ku.Aku menghentikan aktivitasku sesaat,dan duduk dipinggir tempat tidur.Sempat terbesit rasa keinginan untuk tahu berapa jumlah NEM Cia.Aku mengirim pesan padanya ”Cia jumlah NEM lu berapa ?”.Secepat kilat ia membalasnya “gue 33,na”.Aku langsung membanting handphoneku keatas tempat tidur.Memang benar Cia adalah siswa satu-satunya yang paling menonjol prestasinya dibandingkan dengan siswa lain.Ia tumbuh menjadi anak yang cerdas,mungkin karena ia keturunan dari jerman.Sekilas jika melihat wajahnya ada wajah-wajah bule.Anak ketiga dari empat bersaudara.Saudara kandungnya perempuan semua.Waktu aku main kerumahnya,aku tidak bisa membedakan Cia dengan saudara perempuan lainnya,wajah mereka semuanya hampir mirip.Cia adalah teman yang paling suka bercanda dan tertawa.
            Kemudian setelah beberapa saat,aku memikirkan nilai itu. Dikepalaku tidak ada yang lain selain rasa iri, banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang membuat kepalaku mau pecah.Aku harus tanyakan pada siapa.Mengapa hanya segini kemampuan ku? Aku harus sekolah dimana dengan jumlah itu? Apa aku bisa masuk negeri?  Bisa gak masuk 71? Bagaimana kalu ga bisa masuk?
            Sama sekali tidak ada jawaban yang kudapatkan.Aku sudah kehilangan satu impianku,Aku belum siap menerima kenyataan itu.Apa yang harus kulakukan?.Begitu banyak rasa kekecewaan yang kudapati,mengapa aku harus menerimanya ditahun ini?.Seperti ada kekuatan untuk bangun melihat selembaran daftar nama-nama sekolah negeri yang terceceh didalam rak-rak buku yang belum kubereskan kemarin malam.Setelah ku teliti dari yang paling atas hingga bawah,tidak ada.Tidak ada sekolah yang nilai terendahnya sama dengan nilai NEMku.Aku terduduk lesu masih berharap ada keajaiban datang menolongku.
            Kata hatiku berbicara lagi “Aku tidak mungkin berhenti sekolah hanya karena ini.Begitu banyak impian-impianku yang ingin kumiliki suatu hari nanti.Aku ingin sarjana.Aku harus kuat.Masih banyak hal-hal yang belum kuketahui diluaran sana,Haena…Jangan seperti ini.Jangan seperti orang bodoh.Tapi,keadaan seperti ini merupakan yang tersulit.Apa aku akan menerima harga diriku tersisihkan.Bahkan,aku tidak mampu untuk menyenangkan diriku sendiri.Tuhan….apa kau tahu semua ini.Apa ini takdir dari-Mu untukku,Tuhan? Mengapa semua menjadi buruk?.” Aku sempat meneteskan air mata mengatakan kalimat terakhir itu.Mengambil risiko menjadi pilihan terakhirku.Risiko? Ah.bahkan aku tidak membayangkan aku mempunyai risiko.Ada sebagian orang yang mengatakan risiko itu adalah segala kemungkinan yang membuat kita gagal. Berarti aku sudah GAGAL!!!.Aku jadi ingat buku teens spirit yang mengatakan kesukseskan berawal dari banyaknya kegagalan yang kita alami.Apa nanti aku akan sukses seperti yang dikatakan buku itu.Akhhhh….sudah aku sadar dari lamunanku.Kepalaku sakit jika memikirkan hal seperti itu.
            Hari pertama daftar sekolah SMAN.Aku berangkat pukul 6.35 pagi dengan kendaraan umum dan meamakai baju seragam dari SMP.Hanya membawa map berwarna merah yang isinya dua lembar hasil keterangan ujian nasional,kertas kosong,dan bolpoint hitam.Aku mendaftarkan diriku ke SMA terdekat dari rumah jadi naik kendaraan umumnya hanya satu kali .Dengan uang sepuluh ribu rupiah disaku,aku memberanikan diri melangkahkan kakiku disana.Jam sudah menunjukan pukul tujuh.Ketika aku sudah sampai ditempat itu,banyak orang tua yang lalu lalang mengantarkan siswanya mendaftar.Aku jadi ingat ibu,tadi pagi aku memintanya untuk mengantarkanku.Tapi malah ia menjawab “Kamukan sudah besar,masa dianterin sama ibu terus,daftar sekolah gitu ajah ga berani..!”.Aku sudah tahu jawabannya ia tidak mau mengantarkanku,selalu sibuk dengan pekerjaannya sendiri dan tidak pernah memperhatikan anaknya.Rasa semangatku sempat luntur karma hal itu,aku bersusah payah mematahkan pemimikiranku itu.
            “Ayolah…..ayolah……, Dian tinggal sedikit lagi” aku berkeras dalam hati.
            Aku mempercepat langkahku untuk mengambil fomulir yang ada di meja bapak tua itu.”selamat pagi,pak…”begitu ku menyapanya.”Pagi…eneng dari Jakarta atau dari luar Jakarta” dengan nada rasa ingin tahu darimana aku berasal.”Dari Jakarta,pak..”kataku mantap.”Oh…ini ambil formulir yang kiri ya,pake map warna merah,nanti kalo udah diisi taruh disini lagi ya,neng..”Sambil menyodorkan kertas formulir kearahku.Lalu,aku mencari posisi yang enak untuk menulis.Sudah kuisi semua dataku dengan teliti dan tulisan yang rapih.Kumasukan kertas formulir itu dengan map merah yang kubawa tadi.Langsung kuserahakan ke bapak tua yang ada dimeja tempat formulir itu yang dibagikan secara gratis.
            ”Taruh sebelah sini,neng…Nanti eneng nungguin diruangan itu aja ya..disana nanti dikasih tanda bukti kalo neng udah kedaftar.”dengan logat sundannya yang begitu kental.”Ya,pak makasih..”aku mencium tangannya yang begitu banyak garis-garis kerutan.Matahari sudah semakin tinggi,tapi nama ku belum juga dipanggil.Untuk menghilangkan rasa bosan,aku mencari minum keluar.Letak kantin berada ditepi lapangan sebelah kiri.Minuman berwarna orange itu sungguh mampu menyegarkan tengorokanku yang sedari tadi minta dikasih air.Tiba-tiba saja ada yang memanggil namaku “Yan..Dian….!!” Terdengar sura dari seberang sana,aku masih mencari darimana asal suara itu.
            ”Eh….Yan lu daftar disini”
            “Hey…Ni.Ya ampun lu bikin gue kaget ajah…ani lu daftar disini juga,bukannya lu bilang mau masuk sekolah keperawatan langsung.” Kataku terheran-heran
            “iya sih.gue juga udah daftar disana.Ya,iseng-isenglah daftar SMA siapa tahu bisa diterima” sambil cengengesan
            “Bagus deh kalo kaya gitu, yaudah kita ketempat pengumuman yok !” melangkahkan kaki ketempat pengumuman
Tepat pukul jam 13.25 nama ku dipanggil.”siswi yang bernama Dian Nita Agustin,harap kedepan” dengan memakai speaker.
Aku langsung bergegas menuju asal suara itu.
            “Ini semua datanya sudah lengkap.Yang lembaran putih ini buat kamu,jangan sampai hilang ya.Besok pagi kamu  datang kesini lagi buat ngecek diterima dimana.”
            “Oh….iya Bu,makasih ya bu.”
Harus menunggu tiga hari lagi untuk menentukan nasibku kemana.Menunggu biasanya adalah hal yang paling dibosankan oleh semua orang karena,kita tidak tahu kepastian yang kita yakini itu terjadi.Tidak apa-apalah,aku pasti akan menunggu dan terus menunggu hari itu.Walaupun tidak tahu hasilnya apa nanti.

Masa Lalu Yang di Kenang
With Love 
Dian Agustin


Perpisahan itu ...

"Aku masih merasakan udara yang sama. Masih berdiam ditempat yang sama. Tapi yang kurasakan tak lagi sama, kesunyiaan ini bernama tanpamu."

Sebenarnya, aku tidak pernah ingin semuanya berakhir. Saat semua terancang dengan hebat dan sempurna, saat perhatian-perhatian kecil itu menjelma menjadi candu rindu yang menancapkan getar-getar bahagia. Tapi, bukankah prediksi manusia selalu terbatas? Aku tidak bisa terus menahan dan mengubah sesuatu yang mungkin memang harus terjadi. Perpisahan itu harus terjadi untuk pertemuan awal yang pasti akan memunculkan perasaan bahagia itu lagi.

Tidak dipungkiri dan aku tak harus menyangkal diri, bahwa selama rentan waktu tanpamu, aku merasa ada sesuatu yang hilang. Ketika pagi, kamu menyapaku dengan lembutnya. Saat siang, kamu sekedar mengingatkan untuk tidak terlambat makan. Saat sore, kamu menyapaku lagi, bercerita tentang hari-harimu, lelahmu dan bahagiamu pada hari itu. Saat malam, kamu menjerat pikiranku untuk berfokus pada suaramu yang mengalun lembut melewati lempengan-lempengan dingin handphoneku. Dan aku rindu, rindu semua hal yang bisa kita lalui hingga terasa waktu terlalu cepat berlalu saat kita melaluinya bersama.

Dan, akhirnya perpisahan itu tiba. Sesuatu yang selalu kita benci kedatangannya tapi harus selalu kita lewati tanpa kita tahu kapan itu akan terjadi. Dengan segala ketidaksiapan yang menggerogotiku, aku tetap harus melepaskanmu. Kau temukan jalanmu, aku temukan jalanku. Kita bahagia dalam jalan kita masing-masing. Kamu berpegang pada prinsipmu, aku berpegang pada perasaanku. Kita berbeda dan memang tak harus berjalan beriringan.

Semua berjalan dengan cepat. Sapa manjamu, tawa renyahmu, cerita lugumu, dan segala hal yang membuat otakku penuh karenamu. Dan, aku harus membuang dan menghapus itu semua dari memori otakku agar kamu  tak lagi mengendap-endap masuk ke dalam hatiku, lalu membuat kenangan itu menjadi nyata dan kembali menjadi realita. Mari mengikhlaskan, setelah ini akan ada pertemuan yang lebih menggetarkan hatimu dan hatiku, akan ada seseorang yang masuk ke dalam hidupmu dan hidupku, dia akan menjadi alasan terbesar saat doa terucap lalu aku dan kamu menyisipkan namanya. Selamat menemukan jalanmu. 

Percayalah, bahwa perpisahan ini untuk membaikan hidupmu dan hidupku, bahwa setelah perpisahan ini akan ada rasa bahagia bertubi-tubi yang mengecupmu dengan seringnya. Percayalah bahwa pertemuan kita tidak sia-sia. Aku banyak belajar darimu dan aku berharap kau juga mengambil pelajaran dari pertemuan singkat ini. Semua butuh proses dan waktu saat kamu harus kehilangan sesuatu yang terbiasa kau rasakan. Baik-baik ya :)

Selasa, 22 November 2011

Kak, Ini Tanpa Edit

"Aku ingin menyentuhmu, tidak hanya dengan doa tapi dengan tanganku sendiri, dengan jemariku sendiri."


Waktu menunjukan pukul 03:03, ketika wanita normal lainnya telah terpejam memeluk guling dan dibalut selimut. Mas, kau selalu tahu 'kan bahwa aku bukan wanita normal? Aku selalu melakukan hal-hal yang tidak lazim dilakukan seorang wanita. Tidur terlalu malam, berfantasi terlalu dalam. Mataku masih terbuka lebar, mendengar suara seorang wanita yang sejak tadi menggelitik telingaku, judul lagunya I Think I Love You, OST Full House (Korea). 

Aku mulai membuka inbox emailku, mengarahkan kursornya menuju email-email lamamu. Masih tersimpan runtut disana, sesuatu yang mungkin telah kau hapus dari kotak terkirim emailmu. Aku mulai membuka dan membacanya satu-persatu. Cerita lugumu, keluhanmu, pujianmu, candaanmu, amarahmu, tertulis jelas disana. 

Kau bercerita tentang ibu, kedua adikmu, tentang bapak, tentang kegiatanmu di kampus, tentang prestasimu di kelas, tentang caramu berbagi dengan orang lain, tentang temanmu di kelas, tentang sepedamu, tentang gerejamu, tentang orang-orang yang membuatmu bingung untuk melakukan apapun, dan tentang caramu yang langka dalam mengungapkan rindu. Dalam tulisan itu bahkan kau tak menggunakan kata "sayang" sekalipun. Tapi, entah mengapa tulisan yang cukup lama terpendam di inbox emailku benar-benar menyuruhku untuk kembali menyediakan tempat kosong di otakku agar diisi olehmu. Dan, perlahan-lahan kenangan itu mulai bekerja, bereaksi dengan dengung suara tawa dan tangismu. Kita pernah tertawa dan menangis bersama, Kak. Aku tidak pernah lupa. 

Membaca tulisanmu kali ini benar-benar membuat mataku bengkak, membuat nafasku sesak, memaksa air mata tergolek lemas di pipiku. Kak, mungkin kamu tidak merasakan hal yang sama, karena kutahu kau sudah terlalu sibuk dengan kegiatan yang kau jalani sehari-hari. Kau tak punya waktu untuk sekedar memikirkan cinta dan perasaan rindu seseorang yang menyediakan air matanya hanya untukmu. Aku tahu, Kak. Jika kau ingin kembali menegaskan bahwa status kita HANYA TEMAN, kali ini kau tak perlu membentakku dan mengulang kata HANYA TEMAN itu. Perlahan-lahan aku mengerti apa yang kau simpan di otakmu. 

Kak, kali ini aku tak akan mengatakan rindu, aku tak akan mengatakan kangen. Karena aku tak pernah menemukan cara yang tepat untuk menyatakan dan mengungkapkan itu. Aku hanya ingin mengatakan satu hal yang mungkin tak pernah kau anggap serius. Aku ingin mendengar suara tawamu yang dilapisi dengan suara bass-mu. Beri aku kesempatan untuk tahu kabarmu, bahwa selama beberapa bulan kita tak saling memberi kabar, kau tetap berada dalam keadaan baik-baik saja. 

Kak, apakah kau masih memikirkan tentang perjumpaan nyata? Apakah kau ingin menjadikanku sebagai sosok nyata yang bisa kau lihat, kau genggam, dan kau peluk? Aku sangat ingin kau berlari menuju dunia nyataku, setelah setahun ini kau bersembunyi di balik dunia maya itu. Untuk perjumpaan nyata itu, masih kudoakan setiap hari. Bayangkan, Kak. Aku sudah meminta pada Tuhan agar DIA menyusun rencana indahNYA, agar aku bisa menemuimu, agar aku bisa menatap matamu lekat dalam jarak dekat. Aku akan menemuimu, Kak. Aku akan menjadikanmu nyata. Di dalam waktu yang telah Tuhan simpan di rencana indahnya, disana pasti ada saat-saat aku memelukmu. Aku ingin menyentuhmu, tidak hanya dengan doa tapi dengan tanganku sendiri, dengan jemariku sendiri.

Aku Tak Sekuat Itu

Dan ternyata aku tak sekuat itu
Aku pun tak setegar Rossa
Atau sekuat Luffy si Topi Jerami atau Popeye si pelaut
Semakin aku memikirkan maka aku akan semakin jatuh ke dalam
Mei 2009 aku meninggalkannya, sudah saatnya kah aku kembali?
Tanda tanya itu semakin besar dari hari ke hari
Aku pun tak sanggup tersenyum dalam kesedihan
Tenang dibawah tekanan ataupun tabah dalam kesulitan


Tapi hidup memang penuh tantangan
Aku pun belum sanggup menerima tantangan itu
Karena aku belum sanggup kehilangan mereka
Oleh karena itu aku pun harus memantap hati
Jalan mana yang akan kupilih dan kudaki?
Ya Allah, hanya padamu kuberserah diri :)

Senin, 21 November 2011

Biasa Aja...


Biasa aja donk lo -.- gak ada yang aneh sampai kapanpun dari gue. Mau gue jungkir balik kek sampai kapan pun gue gak berubah,hanya prinsip hidup gue aja yang naik turun maklum masih anak kecil yang gak tau pikiran orang dewasa kayak apa.16 tahun masih dibilang anak kecil ??? iya itu menurut pikiran lo.Menurut gue gak ada batasan umur orang dianggap dewasa terserah dia donk itu jalan hidup dia.Mau sampai tua pun dia masih gak dewasa itu urusan dia.Sama hal nya dengan gue,,pemikiran orang dewasa itu sulit dipahami.Gue nyaman kalo orang-orang mikir gue kayak anak kecil,,menurut gue itu adalah salah satu kebahagiaan yang gak gue dapat dari mana pun.Yang paling penting dari hidup ini adalah saling meng-HARGAI satu sama lain.Itu yang selama ini  gue lakuin di Dunia.Jadi biasa aja donk ..!! Gue gak suka kalo dibilang gue berubah jadi Dewasa..go adult atau apalah..?? Kesan nya ada yang kurang satu bagiannya nya.Bagian apa? Bagian prinsip hidup.Mengerti kan anda ?? udahhh...dahhh jangan kebanyakan koment kenapa prinsip gue harus seperti anak kecil.. yang jelas gue juga gak bisa menjawab pertanyaan anda.Aduhh... kok jadi marah-marah gini yak ..!! Disaat nulis ini pikiran gue lagi gak keluar dan tambah kacau denger suara musik yang kerasssss :(

Jumat, 18 November 2011

Hasil Potret part 2 :)

A Nanda Dan Imel :)


 Foto Bareng Bule :D


Narsis  -.-

Yahh...gue ga ikutan :(

Maklum,baru awal dari fotografer :D


3DS :))


masiiiiihhh Narsis :(
Asiikkk... foto bareng orang cantik :)







Bagus Nihh buat WALPAPER :D

NOMI :)

Cieeeeeee... akur :)



























Ada lagu yang pas buat kita kawan


Lirik Lagu  : Sheila On 7 Sebuah Kisah Klasik jabat tanganku, mungkin untuk yang terakhir kali
 
Kita berbincang tentang memori di masa itu
Peluk tubuhku usapkan juga air mataku
Kita terharu seakan tiada bertemu lagi
Bersenang-senanglah
Karna hari ini yang akan kita rindukan
Di hari nanti sebuah kisah klasik untuk masa depan
Bersenang-senanglah
Karna waktu ini yang akan kita banggakan di hari tua
Sampai jumpa kawanku
Semoga kita selalu
Menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan
Sampai jumpa kawanku
Semoga kita selalu
Menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan
Bersenang-senanglah
Karna hari ini yang akan kita rindukan
Di hari nanti…

ku masih ingin bersama kalian
Mungkin jiwaku masih haus sanjungan kalian :) :*


Rabu, 16 November 2011

Aku Ingin Menjadi Teman Sebangkumu

 @teenlovefeel

Ditempatku menatapmu
Menikmati indahmu dari sudut rahasiaku
Memperhatikan bahasa tubuhmu
Melamun dan menyorot pandangan lurus ke arahmu

Melihatmu yang tekantuk-kantuk kala itu

Mengartikan mata bulatmu yang mengatup malu-malu
Hingga kepalamu menunduk mengantuk
Aku hanya menutup mulutku yang tersenyum kecil melihat tingkahmu

Seandainya saat itu aku disampingmu

Aku pasti bisa menikmati raut wajah mengantukmu
Seandainya saat itu aku menjadi teman sebelahmu
Aku mungkin bisa menyadarkanmu dari rasa kantuk itu
Aku akan meremas bahumu dan menyuruhmu kembali memperhatikan guru yang mulutnya hampir berbusa di depan

Sayangnya

Aku disini
disudut yang tak kau ketahui

Aku cemburu pada teman yang duduk disebelahmu itu

Dia bisa terus-menerus menikmati senyummu
Dia bisa terus menerus menyentuh kulitmu

Andai aku disampingmu

Kau pasti akan mengajakku berbicara
Kau pasti mengajakku bertukar pikiran
Kau pasti mengenalku
Kau pasti menatapku

Aku ingin menjadi teman sebangkumu



Smp 135

Aku Masih Saja Sibuk Memperhatikanmu


@teenlovefeel

Dia sibuk mencatat tulisan-tulisan yang membeku dipapan tulis
Gerakan tangannya
Kedipan matanya
Bahasa tubuhnya
Tak kulewati sedetikpun


Aku sibuk memperhatikan tingkah lakunya
menggerakkan kepalaku 45 derajat ke arah kiri
hanya untuk menatapnya
Kuperhatikan lagi dagunya yang runcing itu
Sejak tadi ia memegang cuek dagunya
Hidungnya yang mencung bergerak resah
Matanya yang redup sayup menelusup ragu mengikuti gerakan tangannya saat menulis


Pakaiannya sederhana saja
Berwarna putih, berlengan pendek, tipis saja
Wajahnya itu yang tak sederhana!
Tatapanku menyoroti sudut tempat ia mematung


Ia sangat suka mendengar suara guru yang berdesak-desakan di dalam telinganya
rambutnya rapi
poni pendeknya ikut-ikutan menjuntai saat kepalanya menunduk


Aku masih saja sibuk memperhatikannya
Aku masih saja mengabaikan catatanku
Beberapa kali ia memperdengarkan suaranya
Sambil bertanya ini itu
Dia memainkan ballpoint berwarna merah yang setia melekat di jemarinya


Sesekali ia mengarahkan pandangannya
kearahku
Memamerkan lengkungan bibirnya yang terbentuk sempurna menjadi sebuah senyuman
Dia tahu kalau sejak tadi aku memperhatikannya


Sesekali ia mendapatiku memperhatikannya
Sesekali aku membuang muka
seakan-akan aku sedang tak memperhatikannya


Saat kamu semakin sibuk dengan catatanmu
Saat aku masih saja sibuk memperhatikanmu


kelas Bahasa Indonesia, Smp 135

Selasa, 15 November 2011

The Story I Didn't Know



Kau benar-benar lupa segalanya
Melihat betapa cerianya kau menyapaku
Seketika kepedihan samar-samar mulai kurasakan
Luka yang kini muncul di kulitku
Air mata enggan menitik
Karena perpisahan ini bagai tak berarti
Karena ini serasa tak benar

Pada akhirnya tak kan ada ucapan selamat tinggal yang indah
Jika kutahu, ku kan menangisi semuanya
Saat itu, aku telah menjadi bagian dari akhirmu
Sebuah cerita yang hanya aku tak mengetahui

Jadi itu bukanlah cinta
Hanyalah sejenak waktu yang kau habiskan disampingku
Kini samar aku mulai mengerti
Mengapa kau hanya bisa meminta maaf
Pastilah aku terlalu berharap
Saat kau meninggalkanku, aku berharap kau kembali
Betapa bodohnya aku?

Pada akhirnya tak kan ada ucapan selamat tinggal yang indah
Jika kutahu, ku kan menangisi semuanya
Saat itu, aku telah menjadi bagian dari akhirmu
Sebuah cerita yang hanya aku tak mengetahui

Senin, 14 November 2011

Hasil Potret part 1 :)


“Asyiikkkk... jalan-jalan ke KOTU ” .

Itulah awal kalimat yang ku ucapkan saat pergi kesuatu tempat.Berarti akan dapet foto-foto baru lagi donk :D .Aku pergi bareng temen-temen 3DS dan Imel Nanda... ya ada rencana siih buat kesana bareng..he-he-he.Ngerencanain ultah nya si Ellena Wulandari yang sekarang berada di Bengkulu.Ini adalah hasil beberapa potret disana : 



pas nunggu busway..ngantri nya panjang benggeeettt,maaf ga bisa ngambil gambarnya dari depan :(

Akhir nya sampai juga di Kotu :)


welcome KOTU  :))

Para fotografer sering berkumpul di bangunan ini 



sepeda yang disewakan disana 



ada penjual kerak telor nih he-he-he


 naik sepeda berkeliling KoTu


 Langit nya cantik sekali :)


 Disekitar depan bangunan ini dipenuhi para pedagang makanan 



 KoTu tampak dari depan 




 Bangunan nya masih kokoh yak :)



 Kotu tampak dari samping 



 So naturally :D


 aHHHH.....



Bangunan disamping cafe  Batavia :)

Minggu, 13 November 2011

Mengadu ke Siapa?

Bingung. Gue bingung ini sebenernya kenapa dan rasa apa yang gue rasain. Gak tau. Kaya mencelos gimana gitu. Mungkin bisa dibilang sakit hati, but with other version. Why? Because this is not about heart-breaking with your boy/girlfriend.



I love to go anywhere. Gue suka nonton pertandingan secara langsung. Tapi, gue gak suka kalau semuanya itu difasilitasi. Maksudnya, gue pengen ke sananya naik kendaraan umum seperti kebanyakan orang lainnya. Gue ingin merasakannya. That's it.


Ko kayanya terkesan biasa aja ya?


Mungkin gitu ya keliatannya, but the reality isn't as easy as the expectation. Gue kesusahan banget buat nonton sepak bola, untuk pembukaan Sea Games 2011 Indo vs Thai..
buat nyemangatin timnas kita. Padahal, gue pengen banget. Gue pengen banget bisa ke Gelora Bung Karno  tanggal 13 Novenber ini.


Pertamanya kata si pelarang, gue mesti cari informasi yang bener-bener jelas kalau mau ke sana. Gue langsung nyari, gue buka www.bolaindo.com/
Tapi ternyata gue tetep gak bisa, gak boleh lebih tepatnya.
Yaaah kalo udah gini gue bisa apalagi selain tetap nonton tapi lewat layar berkaca di rumah. Alesannya dari si pelarang, gue itu cewe.
Kalo udah main gender, gue bisa ngomong apa?
Emang, maksudnya si pelarang itu baik. Khawatir sama gue. Thank you so much. I understand you. Tapi, hati gue tetep gak rela kalo keinginan gue (yang keliatannya) simpel itu belum bisa terwujud. Cuma GBK  doang, man!
GBK, kapan-kapan deh ya gue nginjekin kaki di tempat lo.


Still coming soon




Keinginan memang gak selalu jadi kenyataan.
Tetapi, gue tetep akan selalu berkeinginan dan bermimpi
karena hanya lewat dua hal itu lo tau untuk apa lo pertahanin hidup lo :)

Jumat, 11 November 2011

Untuk seseorang yang mungkin tidak akan pernah membaca tulisan ini

 @teenlovefeel
Aku bosan ketika bangun pagi hari hingga tidur malamku selalu diisi pertengkaran kecil dan bahkan pertengkaran yang cukup besar. Dimana dia selalu ingin menjadi pemenang, dimana dia selalu ingin menjadi aktor utama. Sementara aku, hanya pemain figuran yang tidak berhak melawan, posisiku hanya seseorang yang pasif yang mencoba mengerti semua perlakuannya walaupun ada banyak gejolak untuk melawan.

Ada saja hal-hal kecil yang dia jadikan sebagai acuan untuk berdebat panjang. Masalah komunikasi, masalah perhatian, masalah waktu, dan masalah-masalah lainnya yang selalu terlihat besar saat ia melebih-lebihkannya. Memangnya aku ini tempat sampah, "tempat" dimana ia menumpahkan segala kekesalan dan amarahnya saat ia merasa lelah dengan dunianya? Apa dia tak pernah berpikir bahwa aku sama seperti dia, yang juga punya perasaan? Apa dia tahu, bahwa menjadi aku bukanlah hal yang mudah?

Seringkali aku merasa risih dengan semua hal yang ia lakukan padaku. Rasanya sehari seperti sebulan lamanya. Seringkali aku terdiam melihat semua mengalir tanpa persetujuan dan keinginanku. Seringkali aku ingin lepas, tapi aku merasa jeratan itu masih terlalu kuat. Aku lelah menjalani hubungan yang hanya berjalan di tempat, dimana hanya ada satu orang yang berkorban demi satu orang lainnya. Dimana hanya ada aku yang  berlelah sendirian hanya untuk menjaga sesuatu yang seharusnya kulepaskan.

Dan, untuk kamu, ya kamu! Pria yang dulu pernah kucintai dan kukagumi sebelum aku bertemu dengannya. Jujur, aku merindukanmu. Merindukan sosok dewasa yang dulu pernah menopang dan menegakkan langkahku. Aku merindukan suaramu yang dulu menelusup lembut ke dalam telingaku. Aku merindukan sosok sederhanamu dengan tinggimu yang 196 sentimeter itu. Sekarang, aku tahu bagaimana rasanya bila tidak ada kamu yang mengisi hari-hariku. Sekarang, aku tahu rasanya jika saat bangun pagi tak ada sapamu di inbox handphoneku. Aku benar-benar kehilangan sosokmu. Aku benar-benar takut kehilangan sebagian dari diriku saat aku juga kehilangan kamu.

Ingin rasanya kembali ke masa lalu, ketika masih ada kamu, ketika aku masih bisa tersenyum saat bangun pagi hingga tidur malamku. Saat kamu masih menganggapku lebih dari teman, saat ungkapan rindumu masih sering kudengar dari bibir tipismu, saat kehadiranmu bagai aktor utama drama yang kutunggu-tunggu kemunculannya. Aku masih saja sering memperhatikan nomor handphonemu, menimbang-nimbang apakah aku harus mengirim pesan terlebih dahulu atau aku saja yang menunggumu? Ah... tapi kamu terlalu sibuk, bahkan hanya untuk sekedar sms apalagi menanyakan kabarku.

Setelah kuputar ulang lagi rekaman otakku yang berisi tentangmu, aku mencoba untuk kembali mengingat perlakuan lembutmu dan perlakuan kasarnya. Aku mencoba  mengingat kesabaranmu saat menghadapiku, aku mencoba mereka-reka kembali ucapanmu saat menenangkan amarahku, aku mencoba mengintip kembali usaha-usaha yang kau lakukan agar hubungan kita tidak berjalan di tempat. Bayanganmu berputar-putar di otakku, suaramu terdengar menusuk-nusuk telingaku. Aku benar-benar kecanduan kamu, aku benar-benar kecanduan masa lalu. Aku semakin sadar bahwa tidak ada seorangpun yang bisa membuatku merasa berarti dan luar biasa selain kamu. Aku semakin yakin bahwa kamu adalah seseorang yang berusaha memperbaiki kesalahanku agar aku menjadi seseorang yang baru. Kamu menerimaku lalu menjaga perasaanku, dia menerimaku tapi berusaha merusak perasaanku.

Kali ini, aku tak merasakan kantuk sama sekali, rasa kantuk itu tak benar-benar berarti sampai aku bisa menuliskan ini, sampai aku bisa menikmati hadirmu lewat tulisanku. Aku menyesal kenapa semua hal-hal yang indah seringkali tak bisa terulang? Aku frustasi. Aku kebingunangan. Aku butuh hadirmu. Aku butuh kata rindumu. Dimana kamu? Kau tahu? Sejak kemarin aku mencarimu! Hubunganku dengannya diujung tanduk saat ini! Selamatkan aku, bukan selamatkan hubunganku!

Untuk seseorang yang mungkin tidak akan pernah membaca tulisan ini
11112011 01:37
aku merindukan suara beratmu.