Rabu, 27 Juni 2012

2 hari 1 malam (menuju senja)

Tuhan punya segenggam rencana untuk mempertemukan kita, bermula dari segelas air mineral dingin dan Virgin Kahlua di pojok kedai kopi di bilangan Progo Bandung. Entah magnet apa yang menarikku masuk ke dalamnya dan mengirimmu pesan singkat :


‘Mari bertemu’

Di siang dimana matahari terlelap terselimuti awan kelabu dan gerimis yang menunggu untuk menggemericik, kita menggelar dialog yang ringan. Membicarakan apa saja diantara kepulan asap nikotin dan peluh es yang mengembun pada gelas kaca. Kau bilang pernah menungguku hingga kantuk kau lawan dan kesepian kau akrabi namun, aku tak kunjung datang memberi kabar. Lalu, sebaris kata maaf ku tuliskan di jejaring sosial yang kau baca namun, tak mau kau balas. Maaf.

Pernah pula di seperempat malam ketika Tuhan duduk dipinggir langit sambil memainkan lagu alam dan kadar alkohol mengambil alih kemudi otakku yang semerta mengirim sinyal ke jemariku untuk mengetik sebuah pesan singkat dan Tuhan dengan sedikit campur tangannya yang menjetikkan namamu di display layar handphoneku, kau pun menjawab dengan gamang. Saat itu mataku dipenuhi air, aku lelah menguras hatiku yang banjir air mata. kau bilang jika saat itu kau ada di kota yang sama denganku, kau akan menemuiku dan membantuku menguras air asin yang sudah tidak terbendung di kelopak mataku. tapi kau tak datang, kau jauh. terlalu jauh.

Hutang sudah terlunasi semua.Pertemuan di sabtu siang saat adzan menggema di kubah langit biru sudah cukup mengobati pertemuan yang 2 kali tergagalkan keadaan.

2 hari 1 malam, banyak yang kita perbincangkan. Terlalu banyak hingga kita muntah tawa dan kata yang merubah atmosfer pekat menjadi gradasi jingga berkilau. saat itu pun hujan. Kau tidak tertidur saat aku sudah terlelap mengatupkan kelopak mataku bukan? yang aku ingat, kamu memelukku. Dan terbangun disampingmu yang tersenyum sambil bilang “gue ga bisa tidur, kenapa ya?”

Matahari tengah menggeser posisi tempatnya duduk saat kau bilang “gue mesti pulang, lo gapapa sendirian?” entah apa yang menyebabkan sesuatu tidak beres terjadi di hati tempatku merasa, tiba-tiba peparuku sesak dan rasa takut ditinggalkan menyeruak. Boleh aku jawab sejujurnya mau kubekukan waktu biar kau ada didepanku terus duduk menikmati jus jambu yang kau pesan dan menjadi penyebab utama rasa melilit di perutmu. Menyaksikan mu bercerita dan tertawa.

Tapi, waktu tidak pernah berpihak pada salah satu yang merindu. Aku hanya bisa titip air mata (lagi) ketika dirimu harus beranjak pergi. Jaga baik-baik hatimu jangan jatuhkan disembarang tempat, suatu hari nanti aku akan meminta hatimu.

Ngopi dulu, Bekasi

Sabtu, 23 Juni 2012

Sometimes life’s need some privacy teritory

“lo ga pake bb?”

“engga”

“Oh, kalo gw sih life must be so bored gitu deh kalo ga ada bb, ga bisa twitteran, ym-an, pesbukan”

“kalo gw sih uda nyaman pake hp gsm biasa, yg penting bisa sms sama nelpon. Kalo mo onlen, yah di komputer lebih puas krn layarnya gede, gue juga ga perlu-perlu banget onlen internet 24 jam, soalnya gw bukan tipikal orang yg suka eksis eksis banget ngasih tau lewat status gw lagi ngapain aja. Sometimes life’s need some privacy teritory.”

“...”


Pangkala Jati  Jakarta, 2012
Di sebuah tempat hangout yang sedang happening di jakarta
4 manusia di pertengahan 20 orang
2 can’s of beer-air mineral-softdrink-keripik kentang-burger

Senin, 18 Juni 2012

Apa Mencintaimu Harus Serumit Ini?

1 tahun yang lalu...

Mengapa jatuh cinta bisa serumit ini?

Harusnya aku sudah kehabisan alasan untuk menunggu. Tapi masih saja menunggu. Tentang perasaan yang mungkin sebenarnya tidak pernah ada padamu. Tapi masih saja merindu. Mengapa jatuh cinta bisa serumit ini? Tak seharusnya aku mendifinisikan semuanya secepat ini, sendirian, dan salah pula. Harusnya aku lebih peka. Aku tak tahu apa-apa, selain berdebar lalu merindu. Kau tahu aku menyayangimu?

Kita baru saja sampai di ribuan karakter jika cerita ini dituliskan, tapi sudah banyak kenangan yang menumpuk. Kadang cerita diputus ditengah jalan. Walau sebenarnya cerita itu belum mau berakhir. Aku harap ini bukan halaman terakhir tentang aku dan kamu.

Bodoh! Masih bisa-bisa berpikir seperti itu? Aku pura-pura tidak dengar, dia bilang ‘kita harus saling melepaskan’ beberapa menit lalu.
Kau tahu, Aku mencintaimu bahkan sebelum suaramu mendarat di telingaku, sebelum aku tahu warna bola matamu? Apa ada cinta yang lebih rumit dari ini?

Padahal aku masih menyimpan kenangan untuk bertemu denganmu di stasiun kereta, kau menggandeng tanganku di bawah senja menyusuri rel-rel kereta. Duduk di sebuah bangku kayu dan kau membisikkan beberapa bait puisi untuk meyakinkan aku tidak akan ucapkan kata ‘selamat tinggal’ dan sejenisnya setelah ini. Aku membayangkan kita akan lebih lama… lebih lama lagi. Tapi, percuma kalau hanya aku yang berharap. Percuma kalau hanya aku yang membutuhkanmu…

Baru berapa menit saja, aku sudah rindu ‘I love u’ darimu. Aku masih ingin memanggilmu namamu. Aku masih menunggumu memanggilku, mungkin yang tadi pagi yang terakhir. Astaga, baru berapa menit lalu saja!  bagaimana besok? Lusa? Minggu depan? Bagaimana…?

Dan 8 Juni 2011 beberapa menit lalu, 
aku harus menangis (diam-diam) untukmu. 
Pura-pura tidak apa-apa dengan keputusanmu.

Jumat, 15 Juni 2012

Iyakah Aku di Sana?


 

Iyakah aku di sana? Menjadi yang pertama kau ingat saat mata terbuka? Menjadi yang pertama kau bayangkan saat mata terpejam? Atau hanya sebatas namaku yang kau ingat, sedangkan hatimu sedang terjejal tentangnya? Tentang kenangan kalian. Karena bentuk kenangan kita masih rapuh. Sangat rapuh. Serapuh rasa ini, yang bisa menggigil kapan saja.
 
Aku takut kalian akan memutuskan untuk memunguti kenangan yang tercecer di sekitar jalan yang pernah kalian lalui, berdua. Lalu aku diam di sini, mengamati kalian, dari hutan patah hati.
 
Aku takut lalu kalian memutuskan untuk mengulang kenangan. kenangan yang siap menganiaya aku dan rasa. Tapi aku bisa apa?


Dan rindu ditaburi banyak tanda tanya.

Minggu, 10 Juni 2012

Aku, Tidak Seperti Mantanmu

Nita menatap jamnya tangannya berkali-kali. Detak dari jam yang melingkar manis dipergelangan tangannya sejak tadi terus menerus menemani kesendiriannya. Wajahnya cemas, bibirnya terkunci rapat, jemari tangan kirinya mengisi celah-celah kecil jemari tangan  kanannya. Sesekali ia menyilangkan tangan di dadanya, ia merasa kedinginan. Nita menatap kembali jarum jam, setelah itu ia memperhatikan awan yang semakin gelap dan rintik hujan yang semakin deras, wajahnya cemasnya terlihat jelas.

“Aris belum juga pulang.” Ucapnya perlahan dalam hati.

Disentuhnya plastik berisi dua bungkus nasi goreng yang ia beli disebuah restaurant mungil diujung jalan, sudah dingin, tak lagi hangat seperti awal ditempat kost Aris. Dua jam sudah ia menunggu, sementara Aris tak kunjung pulang. Aris juga tak membalas pesan singkat yang dikirim Nita untuknya. Hujan semakin deras, Nita semakin cemas. Nita tetap saja melihat layar handphonenya, meskipun tak ada satu pesan pun dari Aris.

Terdengar desah suara motor dari luar pagar, seorang turun dari kendaraan itu. Pria itu berlari-lari kecil lalu  membuka pagar, kini pria itu berdiri tepat didepan Nita. Nita tersenyum lega.

“Kamu baru pulang? Sama siapa?  Kehujanan ya?” tanya Nita, masih dibalut wajah cemasnya.

“Kamu ngapain disini sih!” ujar Aris setengah membentak.

“Aku mau bawain kamu nasi goreng. Kemarin, kamu sms aku katanya lagi pengen nasi goreng diujung jalan itu, jadi aku beliin aja. Dimakan ya?” jelas Nita dengan sipu senyum kecil dibibirnya.

Aris mengalihkan pandangannya, ia tak mau menatap Nita “Cewe bego! Pulang lo! Udah malem! Hujan juga kan!” bentak nya dengan nada tinggi.

Nita hanya menatap sosok Aris dengan wajah bingung, bentakan keras Aris membuatnya mundur satu langkah dari posisi ia berdiri diawal.

“Tadi kamu pulang sama siapa?” tanya Nita menahan rasa sedihnya.

“Sama mantanku kenapa? Eh, aku heran deh sama kamu, seneng banget nungguin aku, kayak mantanku dong, orangnya gak suka nunggu, kecuali kalau diminta!” jawab Aris enteng, dengan wajah seakan-akan tidak menyakiti hati Nita.

“Oh..” ungkap Nita menahan amarahnya. “Syukurlah kalo kamu bisa pulang sama dia, jadi kamu juga enggak terlalu kehujanan kan. Ini nasi gorengnya, kamu makan ya. Aku mau pulang dulu.”

“Bawa aja nasi gorengnya, aku tadi udah makan kok sama dia.” Tungkas Aris dengan nada enteng.

“Enggak usah. Buat kamu aja. Aku pulang ya. Nanti langsung mandi, jangan lupa keramas ya habis itu minum teh anget ya supaya kamu enggak kedingingan.” tegas Nita sambil menatap wajah Aris dengan penuh perhatian.
 

Aris tetep buang muka, sesekali Aris menatap Nita. Pandangannya mencuru-curi celah untuk menatap Nita. Tapi tetap saja dari raut wajahterlihat jelas  bahwa Aris tidak peduli dengan Nita. Aris tak peduli dan tak mau tahu rasa khawatir yang Nita simpan dalam-dalam. Padahal rasa khawatir adalah wujud dari rasa cinta dan perhatian. Itulah yang dirasakan Aris. Ia pulang dengan rasa hampa. Ia pulang dengan gerimis kecil dimatanya, gerimis itu bernama air mata.

***

Nita terbangun dari tempat duduknya, ia berlari kecil mengejar sosok Aris, “kamu kenapa akhir-akhir ini cuek banget?”

Aris mengarahkan pandangannya pada Nita “Emang kenapa? Kamu kan cuma pacarku, bukan istriku. Aku salah kalau cuekin kamu?”

Nita menghentikan langkahnnya, ia tertunduk setelah mendengar ucapan enteng yang terlontar begitu saja dari bibir Aris, “Kapan kamu menghargai aku sebagai sosok yang penting dalam hidupmu?”

“Kapan? Kenapa bertanya? Bukannya aku selalu menghargai kamu?” tanya Aris dengan nada keheranan.

“Padahal, apa yang tidak kuketahui tentangmu? Semua hal tentangmu tak pernah kecil dimataku. Aku selalu menghargai kamu, menghormati posisimu, dan masih memperlakuakan mu dengan baik meskipun kadang kau tak menghargai aku.” Jelas Nita dengan matanya yang mulai berair.

“Wanita bodoh! Jangan jadikan air matamu sebagai senjata pemungkasmu! Kamu cengeng, kamu berbeda dengan mantanku. Dia jauh lebih kuat daripada kamu!”

“Ya... aku memang tidak seperti mantanmu. Aku memang tak secantik dan tak setegar dia. Tapi, dia hanya masa lalumu, sedangkan aku adalah masa kini dan mungkin akan kau bawa kemasa depanmu.!” Nita menatap Aris dengan tatapan serius. Tak pernah Aris melihat Nita sekeras dan seberani itu.

“Kamu memang tidak seperti mantanku.” ucap Aris singkat.

“Aku memang tidak seperti mantanmu. Aku adalah aku, yang akan luar biasa dengan jalan dan pilihanku sendiri. Kenyataannya memang kamu tidak bisa melupakan mantanmu dan masa lalumu.” ujar Nita memincingkan mata, tatapannya tajam menatap Aris.

“Bukan urusanmu!”

“Dan, aku sangat kecewa pada diriku sendiri, kenapa aku sulit membuatmu jatuh cinta kepadaku damn melupakan mantanmu?”

Aris tak tega menatap Nita, naluri lelakinya keluar, selalu tak tega menatap wanita yang sedang menangis, “Sudahlah..." ucap Aris perlahan. “Jangan menangis.”

“Kita akhiri saja semua kalo memang kamu masih berhenti pada masa lalumu. Kita akhiri saja semua memang kau lebih merindukan masa lalumu. Kita cukupkan sampai disini, kalau masa lalumu lebih mampu untuk membahagiakanmu.”

“Maksudku, bukan seperti itu, Sayang.” Dengan nada sok manja, Aris menarik lengan Nita. “Maaf ya?”

“Percuma ada kata  maaf jika kau tak mau berubah. Percuma ada kata maaf jika kau terus mengulang kesalahan yang sama. Kembalilah pada masa lalumu, aku juga tak membutuhkan orang sepertimu dimasa depanku!”  cetus Nita, menghempaskan lengan Aris dari lengannya.

***

Jam waker melakukan tugasnya dengan baik, celotehnya yang berisik membangunkan Aris yang masih saja terantuk diujung kantuk. Dimatikannya, jam waker itu, ditariknya lagi selimut yang sejak tadi malam menghangatkan tubuhnya. Matanya menatap jam dinding, sudah pukul tujuh pagi. Gerakan reflek, ia menatap handphone, tak ada pesan singkat dari Nita. Tak ada ketukan pintu dari luar. Tak ada lagi wanita yang menyiapkan bubur ayam sebagai sarapan dipagi harinya. Tak ada lagi sosok wanita yang menyiapkan teh hangat didekat tempat tidurnya.
 
Aris menghela nafas. Ia menarik selimut menghangatkan dadanya. Tubuhnya masih mengigil, demamnya tak juga turun. Entah sudah berapa lama hujan menari-nari tadi malam, hingga dinginnya masih menusuk tulang. Hanya ada detak jam dinding yang menemaninya perlahan kala itu.

Selasa, 05 Juni 2012

Bagai Mawar Di Belah Edelweiss


Jika Einstein berambut hitam panjang
Rumus itu tetap ada
Tak sesulit merubah kenyataan
Tak seperti membacamu

Senin jam satu siang. Dengan sudut tiga puluh lima derajat. Dengan duduk di barisan ketiga dan kamu selalu di deretan yang sama dengan ku. Di bangku yang sama. Kamu selalu duduk di situ. Dan aku di sini. Selalu menatapmu. Sambil sesekali melihat kearah penjaga karena tempat kalian menetap selalu terdepan.

Soal kali ini sulit. Aku tahu. Lihat saja papan tulis putih – yang lebih kearah krem muda- yang selalu penuh dengan lambang integral itu. Yah, aku tahu. Lambang integral tak pernah absen di sana. Sama seperti lambang alpha, omega, dan lambang Fisika lainnya. Dan entah mengapa Sang guru selalu menuliskan lambang itu di sana. Tak pernah bosan. Mereka lebih mirip pelukis dengan gaya abstrak dibandingkan dengan guru fisika.

Aku tak begitu peduli dengan apa yang mereka tuliskan di sana. Mereka selalu membicarakan hal yang abstrak. Dan dunia ini terlalu sungkan untuk menerima hal abstrak. Sama seperti perasaan ini. Terlalu abstrak hingga tak bisa di ungkapkan. Jarak satu bangku ini lebih cenderung kearah paradoks. Dan aku adalah pertentangan dari paradoks.

Yang aku pedulikan sekarang bukan integral itu, bukan pula penjaga itu, dan tentu saja bukan jarak-satu-bangku itu. Masalah ini abstrak, kawan. Yang kulihat dari kacamata ku ini hanyalah dirimu. Lebih jelasnya punggungmu yang selalu bisu. Dirimu yang selalu melihat kearah papan tulis abstrak itu. Kemudian melihat secercah kertas yang merupakan kloning nyata dari lukisan di papan tulis itu. Kau goreskan hi-tech hitam-mu ke arah binder itu dengan rupawan. Menarikan jari jari kecilmu dengan gemulai.

Aku tak begitu tahu apa yang kau pikirkan. Tapi dengan sorot matamu yang penuh perlindungan itu menyiratkan bahwa kamu mengerti apa yang dimaksud dengan lukisan abstrak di depan. Seakan-akan kau adalah Picasso yang mencoba melukis gambar pemandangan. Tak begitu sulit.

Andaikan lukisan abstrak itu bisa lebih rapi. Andaikan jarak satu bangku ini bisa dilenyapkan melalui black hole. Andaikan sorot matamu itu bisa kubaca. Aku tak butuh lagi kacamata ini.

Kau tampilkan senyum sama kepada tiap orang
Kau tebar benih dengan itu
Walau tak sama
Di hatiku tumbuh mawar

Senin jam dua belas lewat empat puluh lima menit. Kali ini aku tidak sedang duduk di bangku-baris-ketiga itu. Papan tulis juga masih putih. Sang pelukis abstrak belum memulai khutbahnya. Kamu? Kamu bahkan belum datang.

Maka disinilah aku berdiri dipagar pembatas yang berada di tingkat kedua dari gedung ini. Di depan pintu kelas kita. Kelas dimana aku selalu melihatmu dari sudut tiga puluh lima derajat.

Senin adalah hari tersibuk di sekolah ini, lihat saja parkiran di ujung sana. Tak seramai hari biasanya. Ratusan sepeda motor berbaris rapi sepanjang parkiran. Membentuk garis lurus sepanjang mata memandang.

Sama halnya dengan parkiran. Koridor-koridor sepanjang lorong juga ramai. Banyak para siswa datang bergerombol. Kemudian berjalan beriringan sampai ke kelas. Ada juga yang berbaris dengan rapi karena koridor ini sempit. Tak banyak ruang yang tersisa ketika gerombolan siswa lain sedang mengobrol di koridor ini.

Dari celah yang disisakan dari gerombolan itu, aku menangkap dirimu yang sedang berjalan tergesa-gesa melewati mereka. Langkahmu begitu yakin, tak tergesa-gesa. Tak lupa goresan yang kau lukiskan melalui bibirmu itu. Lukisan berupa senyum.

Yah, kau selalu tersenyum kepada tiap orang yang kau kenal. Tak peduli apakah suasana hatimu sedang bimbang, galau, ataupun sedih. Goresan itu yang selalu menghiasi kanvas wajahmu. Tak heran, banyak orang yang selalu mengartikan senyum-mu dengan makna yang berbeda.

Di sinilah aku, berdiri di hadapanmu. Dan seperti yang sudah kutuliskan di paragraph sebelumnya. Dan inilah hal paling madu yang aku tuliskan.

Kau tersenyum ke arahku.

Senyum paling indah yang pernah kulihat. Senyum yang bisa membuatku tidak konsen dengan lukisan abstrak ala integral. Senyum yang bisa membuat jarak-satu-bangku menjadi paradoks. Senyum yang membuat perasaan ini semakin abstrak

Senyum Mawar itu.

Kau tahu apa yang lebih kecil dari limit mendekati nol?
Pembicaraan kita

“hey,kamu udah belum?”

Senin jam dua belas lewat lima puluh menit. Kau mengatakan sesuatu padaku. Tak lupa senyum manis madu itu tertera di wajahmu.

Aku hanya bisa terpaku saat ini. Aku merasakan kata-katamu bagaikan dilatasi waktu menuju ruang tak terhingga. Membawaku pergi jauh jutaan tahun cahaya. Dan saat aku kembali ke bumi. Aku masih terbeku dalam usia enam belas tahun. Berdiri di lantai dua koridor. Memandangmu.

Dan aku hanya bisa menggeleng.

Lebih tepatnya, menggeleng dungu.

Kau pun tertawa melihat diriku yang tak ubah bagaikan hiasan anjing pada dashboard mobil. Selalu menggeleng.

Hitunganku tak pernah meleset. Dan ini adalah percakapan kedua kita. Di tempat yang sama. Dengan kata-kata yang sama. Dan tentu saja. Jawaban-menggeleng-ku yang sama.

Kini penjaga itu datang. Aku pun masuk ke kelas itu. Kelas tiga-puluh-lima derajat.

Ku kira ini mawar
Tidak!
Salah!
Ini adalah edelweiss

Untuk Peserta No Ujian 
2A00085

Senin, 28 Mei 2012

selusin percakapan kecil (lagi)

1.
“maukah kau mengukur waktu bukan dengan tahun, melainkan seberapa lama cinta kita bertahan?” tanyamu di malam tahun baru.

2.
“konon dahulu kala, ada seorang gadis jiwanya airmata dan pekerjaannya menuliskan airmatanya,” katamu memulai sebuah dongeng.

3.
“aku menyukai pertanyaan, itulah kenapa aku selalu merindukan ‘apakah kau merindukanku?’ darimu,” katamu di gagang telepon

4.
“rindu paling berat itu kadang justru ada di makanan ringan,” katamu sambil membuka sebungkus kerupuk masa kecil kesukaan kita.

5.
“buka matamu, atau pejamkan sama saja, dan lihat, cinta itu rumah tanpa dinding,” katamu di beranda pagi itu.

6.
“pelukan adalah senyuman yang memiliki sepasang lengan,” katamu sambil memelukku.

7.
“kata-kata selalu cemburu kepada lengan,” katamu sambil memasukkan tubuhmu ke sepasang lenganku.

8.
“memendam cinta itu serakah,” katamu meminta aku mengatakan ‘aku mencintaimu’.

9.
“jiwaku adalah buku sastra, penuh kisah yang belum pernah terjadi,” katamu menawarkan diri kepadaku untuk kubaca.

10.
“seni itu hadir sebab hidup tak pernah cukup,” katamu sambil menyodorkan sehelai kertas berisi puisi cinta yang baru selesai kautulis.

11.
“doa adalah lagu pengantar tidur buat harapan,” katamu selalu sambil tersenyum seusai berdoa.

12.
“pikiran yang berawan tak akan pernah melihat hari yang cerah,” katamu ketika melihat aku murung.

Sabtu, 26 Mei 2012

selusin percakapan kecil

1.
“hati itu berjabat tangan dengan cara begini,” katamu sambil menarik lenganku agar membalas pelukanmu.

2.
“kalau kita punya anak tiga, kamu tak keberatan kan kalau aku jadi gurita?” tanyamu sambil memelukku dari belakang.

3.
“cinta tak muat di dalam koper itu. cinta bukan tubuhmu dan koper itu bukan lenganku,” katamu ketika kita siap berangkat berlibur.

4.
“buku puisi ini bagus loh,” katamu sambil meraih remote control dari tanganku dan mematikan tivi.

5.
“satu mata lampu di ruang tengah sudah cukup. ada senyummu,” katamu sambil memperlihatkan rekening listrik.

6.
“aku mau sedikit egois. untukku saja,” katamu di depan kamar sambil memasukka kancing nomor 2 bajuku ke lubangnya.

7.
“gelas lain belum dicuci,” katamu sebagai alasan agar kita bisa minum teh dari gelas yang sama.

8.
“cinta itu ada pada hal-hal kecil,” katamu sambil memegang pemotong kuku dan menggenggam jari-jariku.

9.
“aku suka melihat kau tersenyum karena buah kesukaanmu,” katamu sepulang dari pasar membawa sekantong tomat segar.

10.
“di pagi hari bunga-bunga bangun dan menjilat embun,” katamu sambil menghapus embun yang jatuh dari kelopak mataku.

11.
“semakin kamu tak menyukai satu kata, semakin dia nyaman berumah dalam dirimu,” katamu agar aku melihat semua kata itu puitis.

12.
“siapa tahu kamu sudah mengantuk,” katamu sambil telentang dan menepuk-nepuk dadamu seolah menepuk-nepuk bantal.

Rabu, 09 Mei 2012

(Pray For Shukoi Insident) Satu Jam yang Lalu

Satu jam yang lalu,
Aku masih menerima message darimu…

Satu jam yang lalu,
Kau masih mengirimiku fotomu…

Satu jam yang lalu,
Kita masih sempat berbicara ditelepon…

Satu jam yang lalu,
Aku bilang entah mengapa merindukanmu dengan sangat dalam…

Satu jam yang lalu,
Kau bilang jangan khawatir dan getaran suaraku mencemaskanmu pula…

Satu jam yang lalu,
Kita bergantian mengucapkan salam dan berjanji setelah pekerjaanmu selesai maka akan mengatur acara nonton film bersama…

Satu jam yang lalu,
Kau pamit…


Dan setelah satu jam berlalu,
Kabar tak enak ku dengar…
Kau dan yang lainnya menghilang…

Dan setelah satu jam berlalu,
Aku mesti gemetaran dan kejut kejut jantungku…
Pesawat yang kau tumpangi hilang…

Dan setelah satu jam berlalu,
Bahkan menjadi bertambah berjam jam lagi…
Menunggu kabarmu…

Dan setelah satu jam berlalu,
Ditambah berjam jam lagi…
Aku sudah tak hanya sekedar menunggu kabarmu…
Lebih dari itu, aku memaksamu untuk sekarang juga kembali…

Bagaimana pun caranya…
Kembalilah utuh dan bawa bersamamu pula nyawamu…

Hati ini, dindingnya bagai ditabrak oleh suatu benda yang melaju kencang dan membuat remuk berkeping keping…
Hampir tak mungkin lagi berbentuk…

Aku tak mau ada tangis!…
Maka tolong kembalilah dengan selamat…
Bawa bersamamu nyawamu…

Meski harapan itu tipis,
Aku tak mau dengar dan percaya…

Ingatlah satu jam yang lalu…
Yang kini benar benar telah berlalu…

Senin, 30 April 2012

Dear Friends . .

Tahukah Kamu kalau orang yang kelihatan begitu tegar hatinya, adalah orang yang sangat lemah dan butuh pertolongan?

Tahukah Kamu kalau orang yang terlihat sangat sabar, perhatian dan penuh pengertian, sebenarnya dia juga mengeluh?


Tahukah Kamu kalau orang yang menghabiskan waktunya untuk melindungi orang lain adalah justru orang yang sangat butuh seseorang untuk melindunginya?


Tahukah Kamu kalau tiga hal yang paling sulit untuk diungkapkan adalah :
Aku cinta Kamu, maaf dan tolong Aku.


Tahukah Kamu kalau Kamu menolong seseorang, pertolongan tersebut akan dikembalikan dua kali lipat?


Tahukah Kamu bahwa lebih mudah mengatakan perasaan Kamu dalam tulisan dibandingkan mengatakan kepada seseorang secara langsung? Tapi tahukah Kamu bahwa hal itu akan lebih bernilai saat Kamu mengatakannya dihadapan orang tersebut?

Tahukah Kamu kalau Kamu memohon sesuatu dengan keyakinan, keinginan Kamu pasti dikabulkan?


Tahukah Kamu bahwa Kamu bisa mewujudkan impianmu, seperti jatuh cinta, menjadi kaya, selalu sehat. Dan jika Kamu memintanya dengan keyakinan, dan jika Kamu benar-benar tahu, Kamu akan terkejut dengan apa yang bisa Kamu lakukan.


Tapi jangan percaya semua yang saya katakan, sebelum Kamu mencobanya sendiri, jika Kamu tahu seseorang yang benar2 butuh sesuatu yang telah saya sebutkan diatas, dan Kamu tahu Kamu bisa menolongnya, Kamu akan melihat bahwa pertolongan tersebut akan dikembalikan dua kali lipat . .

dari : motivatorsuper.com
 goodbye in April ..  
Thanks for until now  ^_^



Senin, 23 April 2012

the poetry gifts for you..

Ketika malam telah melewati batas
dan ketika embun telah menyapa pagi
hanya kamu….hanya kamu
yang selalu ada dalam pikiranku

Kata orang cinta itu buta
kata mereka cinta itu sakit
buatku semua salah
aku tak buta dan hatiku tak sakit 

saat aku mencintaimu

hidup ini indah
semua terasa indah
saat aku di pelukmu
saat aku di dekatmu
 
perasaan ini memang beruntung
bisa bersentuhan dengan hatimu
Kini dan dahulu sudah berbeda rasa
ketika ku sendiri benar-benar menyakitkan
 
ketika tak ada pendamping
ketika tak ada lawan bicara
semua benar-benar menyakitkan
kau datang dengan senyum
dan kau tawarkan kebahagiaan yang dalam
 
aku bahagia
aku suka






 Bekasi, Pelajaran Agama Islam 23042012

Kamis, 19 April 2012

Au revoir


Bacaan ini Dapat dari : Mrs. Cold

Teruntuk Lelaki yang kusematkan -ku dibelakang namanya.

ini surat pertama. jemariku bisu gagu dan jaringan syaraf di otak ku pun membeku ketika hatiku menggema kan namamu. aku tak bisa memulai kata, mungkin dengan titik dua kurung tutup yang lebih kau tafsir dengan senyum yang kukirim lewat pesan singkat lah aku bisa mengakrabimu.

Aku mengenalmu lewat lini masa dimana lebih banyak kau tuang gairahmu yang menyetubuhi ideologimu tentang musik ketimbang aksara kesendirianmu dan aku mengaguminya secara diam-diam.

ini pengakuanku: aku sering keluar masuk mengunjungi beberapa tulisanmu dan mendengar lagumu, aksara yang terangkum dalam lirik melebur bersama petikan gitarmu adalah keindahan yang ku akui.

belakangan ini setiap kali aku melirik lini masa mu, kerap datang kupukupu yang mengepakkan sayapnya hingga aku sesak. bukan, bukan sesak yang menyakitkan tapi sesak yang membuat pipiku bersemu serupa merah jambu. Tak mengapa walau tak pernah ada tulisan tertuju untukku, melihatmu mecelatkan tulisan saja sudah membuatku tersenyum. Keberadaanku mungkin tak terdeteksi cctv yang menjelma menjadi bola mata hitammu, tapi percayalah aku ingin melengkapi setiap not yang hilang dalam lagu hidupmu.

sstt..diam diam saja, sebetulnya aku kerap memperhatikan legam bola matamu melalui gambar yang kau pasang pada profile picture jejaring sosialmu.

kau tahu, ada beberapa rekaman kenangan yang kerap Tuhan putar melalui proyektor otakku saat menjelang kutidur. Lewat pertemuan singkat yang sama sekali tak pernah kita rencanakan, Dia lah yang menuntun langkahku masuk kedalam kedai kecil di pinggiran jalan Dago. ingatkah kau pada denting gelas beradu dengan dialog yang kita gelar saat senja menuju malam pada saat hujan yang tipis menjadi deras menggila hingga memaksa kita merubah letak tempat kita duduk. serta bagaimana degup jantung dipacu kuat ketika hanya bisa saling melambai dan menatap berbatas kaca jendela mobil di KM 80. aku ingat persis:)

baiklah, jemariku kembali bisu. harapku, suatu hari disaat hujan menipis dan langit senja merubah dirinya menjadi gradasi oranye ungu, mungkin kita dapat mencuri waktu di sela himpitan kesibukan untuk sekedar duduk menikmati teh dan memintal cerita dibawah kubah langit.
sudah,

aku rindu.
untukmu lelaki  yang kusematkan -ku dibelakang namanya.
Tertanda,
Aku

nb: semoga aku bisa meleburkan mendung di hatimu yang terabjeksi virus beku yang akut, semoga. Dan aku dengan sisa remahan doa di ujung bibir, aku menggamit lengan tuhan untuk bersama merangkai serpihan hatimu yang terserak di beranda.

Senin, 16 April 2012

Karena Kamu Tulang Rusukku

Sebuah senja yang sempurna, sepotong donat, dan lagu cinta yang lembut. Adakah yang lebih indah dari itu, bagi sepasang manusia yang memadu kasih? Raka dan Dara duduk di punggung senja itu, berpotong percakapan lewat, beratus tawa timpas, lalu Dara pun memulai meminta kepastian. ya, tentang cinta.

Dara : Siapa yang paling kamu cintai di dunia ini?
Raka : Kamu dong?
Dara : Menurut kamu, aku ini siapa?
Raka : (Berpikir sejenak, lalu menatap Dara dengan pasti) Kamu tulang rusukku! Ada tertulis, Tuhan melihat bahwa Adam kesepian. Saat Adam tidur, Tuhan mengambil rusuk dari Adam dan menciptakan Hawa. Semua pria mencari tulang rusuknya yang hilang dan saat menemukan wanita untuknya, tidak lagi merasakan sakit di hati.”

***

Setelah menikah...
Dara dan Raka mengalami masa yang indah dan manis untuk sesaat. Setelah itu, pasangan muda ini mulai tenggelam dalam kesibukan masing-masing dan kepenatan hidup yang kian mendera. Hidup mereka menjadi membosankan. Kenyataan hidup yang kejam membuat mereka mulai menyisihkan impian dan cinta satu sama lain. 

Mereka mulai bertengkar dan pertengkaran itu mulai menjadi semakin panas. Pada suatu hari, pada akhir sebuah pertengkaran, Dara lari keluar rumah. Saat tiba di seberang jalan, dia berteriak, “Kamu nggak cinta lagi sama aku!”. Raka sangat membenci ketidakdewasaan Dara dan secara spontan balik berteriak, “Aku menyesal kita menikah! Kamu ternyata bukan tulang rusukku!”

Tiba-tiba Dara menjadi terdiam ,
Berdiri terpaku untuk beberapa saat. Matanya basah. Ia menatap Raka, seakan tak percaya pada apa yang telah dia dengar. Raka menyesal akan apa yang sudah dia ucapkan. Tetapi seperti air yang telah tertumpah, ucapan itu tidak mungkin untuk diambil kembali. Dengan berlinang air mata, Dara kembali ke rumah dan mengambil barang-barangnya, bertekad untuk berpisah.

 “Kalau aku bukan tulang rusukmu, biarkan aku pergi. Biarkan kita berpisah dan mencari pasangan sejati masing-masing.” ucap Dara sambil menahan tangis.

***

Lima tahun berlalu..
Raka tidak menikah lagi, tetapi berusaha mencari tahu akan kehidupan Dara. Dara pernah ke luar negeri, menikah dengan orang asing, bercerai, dan kini kembali ke kota semula. Dan Raka yang tahu semua informasi tentang Dara, merasa kecewa, karena dia tak pernah diberi kesempatan untuk kembali, Dara tak menunggunya. Dan di tengah malam yang sunyi, saat Raka meminum kopinya, ia merasakan ada yang sakit di dadanya. Tapi dia tidak sanggup mengakui bahwa dia merindukan Dara. Suatu hari, mereka akhirnya kembali bertemu. Di airport, di tempat ketika banyak terjadi pertemuan dan perpisahan, mereka dipisahkan hanya oleh sebuah dinding pembatas, mata mereka tak saling mau lepas.

Raka : Apa kabar?
Dara : Baik… ngg.., apakah kamu sudah menemukan rusukmu yang hilang?
Raka : Belum.
Dara : Aku terbang ke New York dengan penerbangan berikut.
Raka : Aku akan kembali 2 minggu lagi. Telpon aku kalau kamu sempat.Kamu tahu nomor telepon kita, belum ada yang berubah. Tidak akan ada yang berubah.
Dara : “Good bye….” tersenyum manis, lalu berlalu.
 
Seminggu kemudian, Raka mendengar bahwa Dara mengalami kecelakaan dan mati... Malam itu, sekali lagi, Raka mereguk kopinya dan kembali merasakan sakit di dadanya. Akhirnya dia sadar bahwa sakit itu adalah karena Dara, tulang rusuknya sendiri, yang telah dengan bodohnya dia patahkan.

sumber : motivatorsuper dengan diiringi lagu Seluruh Nafas Ini
 
 

Kamis, 12 April 2012

Kepada Tuhan

Aku mencoba menghubungiMu, tapi jaringan selularMu selalu sibuk. Aku mencoba mengetik “hai” pada chat room Mu, tapi yang kutemui hanyalah status “Not on my desk”.

Aku mengirim surat untukmu tapi tak pernah ada balasan dariMu, entahlah mungkin tukang pos ku tersasar saat mencari alamatMu.

Baiklah Tuhan, aku tahu beberapa bulan ini aku sangat sibuk. Aku bahkan tak punya 5 menit untuk berbincang denganmu. Mungkin kau marah.

Atau entahlah mungkin kau terlalu sibuk hingga tak sadar aku kerap alpa berbincang denganmu.

Tapi saat ini aku membutuhkanmu..

Mereka alpa kalau aku seorang perempuan, aku tak mampu memikul banyak beban di hati. Tuhan, kau pasti hafal betul bagaimana mereka memperlakukanku, Tuhan aku tersakiti.
Aku: yang mereka jadikan tempat pembuangan akhir ampas pikiran mereka.

Tuhan, katakan sampai kapan aku bisa memasang garis lengkung di wajahku yang biasa mereka sebut senyum ketika mereka bahkan tak memperlakukanku dengan senyuman.

Tuhan, katakan sampai kapan aku harus memelihara hati mereka saat mereka menginjak dan merobek hatiku dan aku harus selalu menyerah pada kata “mengerti”.

Tuhan, katakan dengan kekuatan apalagi jejakku menapak?

Tuhan.. Aku mati pelan-pelan, bahkan kau tidak mengetahuinya..

Rabu, 11 April 2012

Aku Bisu Dan Kamu Tuli

Membisu !! Bersembunyi !! Itu yang selama ini aku lakukan

Aku mencintaimu tanpa niatan, tidak dengan rencana,  dan mencintaimu dalam diam

Diam adalah satu komunikasi yang paling baik karena dengan diam hatilah yang akan berbicara semua ketulusan cinta

Cinta yang aku biarkan tersembunyi didalam hati membuatku sangat sakit tetapi lebih sakit mengetaui engkau tuli akan perasaanku ini


Angin membawa rasaku menyentuhmu

Suara membawa rasaku sampai ditelingamu
Tetapi apa yang selama ini kau tunjukkan ?? TULI , iya !! kau tuli akan perasaanku

Tanpa sedikitpun engkau memberiku kesempatan untuk menjelaskan sampai Sejauh apa rasa ini tumbuh

Sebesar apa rasa ini terjaga dan setulus apa rasa ini bertahan

Jujur aku tidak mempunyai keberanian untuk menyampaikan rasa ini

Tetapi apakah kurang semua tanda yang aku berikan kepadamu??
Apakah itu semua tidak bisa membuat mu membuka mata untuk melihat? Mebuka telinga untuk mendengar?? Dan membuka hati untuk menerima akan adanya rasa ini untukmu??


aku tak pernah absen untuk menyelipkan namamu di dalam doa doaku, didalam shalatku, didalam puasaku bukan untuk meminta  agar suatu saat kamu membalas rasa ini tetapi agar kamu senantiasa dilindungi Allah dan dipermudah jalanmu menuju dokter gigi dan untuk kebahagianmu

BERTAHAN DI DALAM DIAM DAN BERTAHAN DIKEBISUAN

Apakah aku terlalu bodoh untuk bertahan dengan rasa ini?? Aku sendiri tidak tau bodoh atau hebat
Aku tidak akan pernah memaksakan rasa ini terbalaskan olehmu
Aku akan tetap memBISU dengan rasaku dan kamu mungkin akan tetap TULI dengan rasaku

Tertanda : yang menyayangimu

Selasa, 10 April 2012

Surat Kaleng

Untuk si Pria berkacamata


Pria yang pernah membuat ku cemburu…

Hi...Apa kabar kamu disana ? Apakah kau masih memakai kacamata untuk menutupi mata indahmu itu ? dan...apakah kau masih mencintai ARSENAL seperti dulu ? 15 September 2011,kita masih berhubungan layak nya seperti teman dekat..ya mungkin lebih dari sekedar teman menurut ku.Kamu slalu menjadi penyebab jam tidur malam ku terganggu.Obrolan demi obrolan kita mengalir begitu saja..aku sama sekali tidak terusik dengan kehadiran mu di handphoneku.Pesan mu lah..yang kutunggu-tunggu setiap senja mulai berakhir.Ah..tapi ingatkah kamu tentang hal itu ?. Chelsea dan Arsenal pertarungan kedua tim sepak bola yang membuat kita saling mengadu mulut.Kamu slalu membuatku kesal atas semua perkataan mu tentang Chelsea.Karena kebiasaan mu lah..aku selalu mengingat hal-hal kecil yang ada pada dirimu...

Cappucino,Gunung Bromo,sepak bola,senja,hujan,dan rasa takut ku...mereka adalah deretan huruf abjad absurd yang slalu menjadi topik awal kita bicara.Yang jelas beberapa hari ini kamu menjadi sosok yang paling kunantikan kehadirannya.Entah mengapa semua berubah setelah kau tidak lagi memenuhi inbox handphone ku.Entah sudah hari keberapa aku kehilangan sosokmu.Entah sudah berapa kali sosokmu tak lagi menjadi teman tidurku.Entah sudah berapa peristiwa yang terlewat tanpa dirimu.Diam-diam, setiap malam aku merindukan mu..Samar-samar,aku merasa kamu hanya sepenggal takdir yang akan direnggut kembali oleh Tuhan.Aku benci kehilangan mu....

Sudah beberapa hari tak ada kabarmu. Sudah beberapa hari tak ada pesan singkatmu menyentuh inbox handphone-ku. Kemana perginya kamu ? Apakah ini caramu untuk melupakanku? Apakah ini caramu untuk menyiksaku secara perlahan? Tahukah kamu bahwa aku masih saja sering mengkhawatirkan kamu meskipun kau tak pernah mengkhawatirkanku. Mungkin kau tak mengingatku, tapi salahkah aku jika aku masih mampu mengingat dengan jelas cerita kita?.

Dari gadis
yang diam-diam selalu mengecek TimeLine twittermu
agar bisa mengetahui kabar terbaru mu :)

Sabtu, 17 Maret 2012

Kado Kecil Untuk Mantan

masih ingat aku? Wanita yang selama 10 bulan pernah menjadi alasan tangis dan tawamu? Satu bulan lagi ulang tahunmu kan? Maka dari itu, surat ini aku tuliskan 1 bulan lebih awal untuk menjadi kado untukmu, untuk mengenang masalalu kita meskipun surat ini takkan pernah sampai padamu. Aku menulis ini sesingkat mungkin dan dengan sangat berhati-hati, karena aku takut untuk kembali menitikan air mata.

Oya, bagaimana kabarmu? Baik sajakah disana? Apa ada yang berubah? Apa kamu makin hitam atau lebih putih? Apa pipimu masih tembem seperti dulu? Apa kamu masih senang memutar lagu ‘SO7-kita’ yg sering menjadi lagu favorit kita?
 
Hey bawel.. Apakah kau masih bawel sejak perpisahan kita? Apakah kamu masih ingin membaweliku lagi? Siapa wanita yang kamu baweli sekarang? Pasti dia sangat bahagia mendapat pria seperhatian kamu, pasti dia sangat terhibur dikala kesedihannya karena dia mempunyai pendamping yang sangat menyenangkan sepertimu.

Dulu, aku memang sangat membenci kelakuanmu yang ‘lembek’ pada setiap wanita yang mencoba masuk  kedalam duniamu termasuk masalalumu yang jelas-jelas mencampakanmu. Aku slalu marah, kesal melihat sikapmu! Seakan kamu senang dan membiarkan dirimu dikelilingi bidadari-bidadari centil. Tapi kini aku tau, kamu begitu karena kamu tidak tega menyakiti seorang wanita.

-Aku Mempunyai Hobi Baru….
Taukah kamu? Sejak kita berpisah memang awalnya aku merasa biasa saja, tidak ada rasa kehilangan setitikpun, karena aku memang di pihak yang meninggalkanmu. Tapi Tuhan memang adil, semua baru terasa ketika aku mendapatkan pengganti yang ternyata tidak lebih baik darimu, hubunganku dengannya DINGIN. Sejak itulah aku mempunyai hobi baru, yaitu melamunkan kamu. Aku slalu membayangkan masalaluku denganmu dan masakiniku dengannya. Ternyata teramat jauh berbeda. Aku lebih menyukai kamu yang bawel daripada dia yang cuek dan membosankan. Aku lebih menyukai gaya bercandamu yang khas daripada gaya dia yang pendiam. Aku sangat amat menyesal! 

Aku nyatanya merindukanmu, hatiku jelas-jelas hampa tanpamu. 
Memang kini aku telah bersamanya, kami memang berkomitmen untuk saling menjaga, tapi dia sama sekali tidak bisa mengisi ruang hatiku, dia tidak pernah tersimpan di otakku, walaupun aku memaksa semua tentang dia agar masuk kedalam otakku. yaa, harus ku akui kamulah pria satu-satunya yang mampu mengisi ruang hatiku, kamu mampu membuat seluruh isi otakku penuh tentang seorang kamu yang begitu spesial, kamu adalah pria konyol yang bisa membuatku cengengesan ketika kamu panggil aku dgn kata-kata super-duper-lebaymu itu, kamu adalah pria yang mampu membuat jantungku berdegup lebih cepat saat menerima telpon darimu. Kamu adalah pria lembut yang slalu memberikanku perhatian dan kasih sayang. Aku merindukan kamu wahai pria idiot yang slalu memaksaku bangun dipagi buta, hey si penyayang kelinci, aku slalu memikirkanmu, otakku selalu tak terkendali saat mengingat ulang kenangan-kenangan kita.. terutama 

KAMU, dan secara tidak sadar aku menyukai nya, aku secara tak langsung menikmati film yang slalu diputar oleh klise-klise otakku setiap harinya yang bertema kamu, dan nyatanya hari berganti hari, aku semakin memikirkan kamu, aku sudah kecanduan sosok kamu!
Kepada kamu yang tidak akan pernah membaca tulisan ini. Aku benci ketika aku harus mengingat tentang suasana konyol tapi romantis yang slalu kamu buat dulu, karena kurasa itu akan membuatku semakin terjebak. Dan memaksa memori ingatanku bekerja lebih keras untuk kembali mundur ke masalalu yang akan membuatku semakin ‘sulit’ untuk melakukan suatu hal yang harusnya aku lakukan sejak perpisahan kita yaitu ‘melupakanmu’ , yang ada hanya rasa rindu dan galau yang tiba-tiba nyelonong tanpa permisi membuat hari-hariku penuh dengan lamunan. 

Namun, tanpa perlu kamu tau, dalam lubuk hatiku, aku selalu membayangkan saat-saat aku dan kamu masih menjadi kita. saat aku masih bisa memanggilmu ‘sayang’, saat aku masih bisa ngambek padamu, saat aku masih bisa berkata manja padamu, saat aku selalu kau hujani dengan omelan2 karena aku susah makan dan malas mandi, aku ingin semua itu kembali. Aku rindu leluconmu yang sering membuatku tertawa. Aku rindu semua yang tak aku dapatkan dari pacarku sekarang. Masih bisakah aku merasakan semua yang kurasakan dulu saat bersamamu? Masih bolehkah? Tapi keinginan itu hanya akan tersimpan di lubuk hatiku dan mungkin selamanya akan tetap disitu.

-Diam-Diam Aku Memperhatikanmu…
Aku slalu mengikuti perkembanganmu. Walaupun tidak secara langsung, hanya lewat dunia maya, dan lewat dunia maya pula dulu kita bertemu kan? Setiap hari, aku slalu menyempatkan diri hanya sekedar mengecek adakah status barumu? Siapa orang-orang yang kamu wall atau mengirimmu wall? Aku slalu melakukan itu dengan sembunyi-sembunyi, tanpa harus ada seorangpun yang tau, aku seperti ekor yang slalu mengikutimu namun tak pernah kamu pedulikan. Apa boleh buat? 

Beginilah nasibku. Aku slalu membaca setiap inchi timelinemu dengan pengharapan ada namaku atau mungkin hanya inisialku yg kau selipkan dalam statusmu itu, berharap ada secerca kemungkinan-kemungkinan kecil yang Tuhan rencanakan kepada aku dan kamu. Namun pengharapanku nampaknya terlalu muluk, sepertinya kemungkinan itu takkan pernah menjadi nyata, dan hanya akan menjadi sebuah roman picisan. Memang aku mustinya telah bersiap untuk menelan pil pahit kapanpun dan berapapun. Aku hanya mendapatkan sebaris tulisan yang terdapat inisial seseorang yang tak pernah aku kenal dan pada akhir status itu kau bubuhi tanda titik dua bintang :*  a.k.a cium, yang biasanya kau hanya berikan tanda/emotion itu padaku dulu. 

Status terakhirmu itu seakan ribuan belati tajam yang menacap hatiku yang terdalam, masuk terus sampai menembus ke belakang dadaku. Rasanya jantungku berhenti berdetak. Nadiku seakan tidak mengedarkan darah dengan aliran yang benar lagi. Sepertinya kamu telah menemukan wanita baru yang mungkin lebih bisa membahagiakanmu :’) namun aku tidak bisa berbohong bahwa hatiku memang benar-benar terluka.

-Aku Memang Bodoh…
Sekarang kamu telah mempunyai bidadari kecil yang lain, kamu takkan menyanyi untukku lagi, takkan membangunkanku dipagi buta lagi, takan mengeluarkan lelucon konyol lagi, kasih sayangmu telah kau berikan pada bidadarimu yang baru. Ya.. Aku cukup sadar diri, aku yang menyakitimu dan pasti kamu takkan semudah itu memaafkanku, aku yang selalu membuatmu terjatuh dalam setiap langkahmu, aku adalah penghalangmu, aku adalah batu sandunganmu ketika kamu sedang berlari mengejar impianmu. 

Nomermu yang kupunya di kontakku pun tak ada satupun yang aktif, ya jadi biarkanlah kamu terbebas dari sosok batu sandunganmu ini, kamu akan bahagia dengan masakinimu dan aku? Ya, aku masih terperangkap dan dipermainkan sosok masalalu dan kesulitan menemukan titik terang. Memang aku yang bodoh terlalu gegabah memutuskan ikatan cinta kita, memang aku yang bodoh memaksamu untuk menjauhiku, aku yang bodoh telah dengan sengaja meninggalkanmu. Dan sampai sekarangpun aku masih menjadi seorang yang bodoh karena terlalu rajin memikirkan kamu yang belum tentu memikirkanku.


Andai aku bisa mengulang waktu dan memperbaiki masa lalu. Aku ingin mengubah semua mimpi buruk ini menjadi kisah yang indah seperti kisah Putri Salju, Cinderella, ataupun Jasmine dan Aladin. Ahh..  namun sang waktu rasanya tidak akan sudi memundurkan langkahnya hanya karna wanita bodoh sepertiku. Masih ingatkah kamu, aku slalu memanggilmu dengan sebutan sayang yang ku buat khusus untukmu. Aku merindukan kata panggilan sayangmu untukku yang mungkin takkan kudengar lagi. Si pipi tembem, taukah kamu, aku masih menyimpan berjuta rasa padamu. Namun, kamu dan aku takkan pernah bisa menjadi kita lagi. Bayangkan saja kamu menjadi bintang dan kau anggap saja aku matahari. ya, bintang dan matahari yang takan pernah mungkin bertemu dalam langit yang sama. 

Bagaikan kebo dan cumi-cumi yang berbeda habitat. Bagaikan kodok yang suka berdiam di air dan kucing yang takut air. Kita terlalu berbeda, terlalu berlawanan arah, kamu ke kiri aku ke kanan, kamu malam aku siang, kamu jowo aku sunda. Tapi,menurutku perbedaan kita itu indah :’) aku slalu menunggu pesanmu mampir di inbox ku,  walaupun sebenarnya aku benci ketika harus menunggu! kepada pria yang slalu memanggilku popen-ponipendek . Mungkin semua yang aku tuliskan di atas hanya akan menjadi kenangan. Kenangan yang takkan mungkin kembali :’) tapi semua kenangan itu akan slalu hidup di hati dan fikiranku, walaupun itu takkan hidup di hati dan fikiranmu

Jumat, 16 Maret 2012

Sepenggal Dialog !



★ : KAMU berubah ya sekarang?
 

☆ : Siapa?
 

★ : KAMU! AKU merasa ada yang
berbeda denganmu saat ini.
 

☆ : Apa? AKU merasa tak ada
yang berubah dengan diriku. 


★ : Entahlah. Tapi AKU melihat perubahan itu ada dalam dirimu.
 

☆ : Tak ada yang berubah
dengan diriku! AKU tetap
menjadi diriku yang dulu.
 

★ : Tidak. KAMU bukanlah KAMU
yang AKU kenal dulu!
 

☆ : Kenapa KAMU bisa berbicara
seperti itu?
 

★ : Karena KAMU telah berubah.
 

☆ : Berubah bagaimana? AKU
masih sama seperti dulu.
 

★ : Sikapmu berubah
terhadapku.
 

☆ : AKU masih tidak mengerti
kanapa KAMU menilai AKU
berubah?
 

★ : KAMU seperti orang asing
bagiku kini. KAMU bukan seperti
orang yang AKU kenal selama ini.
 

☆ : Mungkin AKU memang orang
asing bagimu, karena KAMU tidak
benar-benar mengenali AKU!
 

★ : Bagaimana mungkin AKU
tidak mengenal KAMU? Kita
terbiasa bersama, rasanya
mustahil jika AKU tidak mengenal
siapa KAMU!
 

☆ : KAMU memang mengenal
siapa AKU, tapi apakah KAMU
benar-benar mengenali diriku?
 

★ : Apa maksud KAMU?
 

☆ : Taukah KAMU tentang
perasaanku? AKU MENCINTAIMU!



Ditulis saat ditengah-tengah keramaian orang
pada sibuk dengan urusan membuat percobaan "KIR"

Kamis, 15 Maret 2012

Apa Susahnya Membuatku Yakin?

Kau selalu membuatku kecewa. Hanya kau tidak menyadarinya saja. Apa aku tersiksa? Tentu. Apa aku menangis? Itu pasti. Apa aku masih akan mencintaimu? Aku bahkan tak tahu. Perasaanku selalu berubah setiap detik padamu. Kini aku mencintaimu, sedetik kemudian, perasaan itu hilang. Bagaimana perasaan itu bisa bertahan jika menyapaku saja kau tidak mau.

Tak pernahkah kau menyadari satu hal? Satu hal yang membuat tidurku tak nyenyak. Satu hal yang mengubah kelabu menjadi jingga. Satu hal yang membuatku hampir gila. Satu hal yang menjadi alasanku untuk tertidur dengan ponsel di tangan. Satu hal yang membuatku tersenyum bahagia. Satu hal yang tak mungkin dapat ku ungkapkan. Sudahkah kau menyadarinya?  Belum? Biar aku beritahu. Aku mencintaimu..
***

Cinta. Sesederhana itu. Aku mencintainya. Ia mencintaiku. Ia tak melakukan apapun, namun aku tergila padanya. Pandanganku, tak penah lepas dari sosoknya yang begitu indah. Senyumanku, tak dapat tertahan saat melihatnya. Dan hati ini, aku makin menyukainya.

Sederhana saja. Ia adalah seorang pria. Pria yang hampir membuatku tak waras. Pria yang membuatku mampu menulis semua ini. Pria yang membuatku menjadi pandai menyembunyikan perasaan. Pria yang bahkan aku tak tahu bagaimana perasaannya terhadapku.
            
Bukankah menyakitkan? Menyakitkan menjadi seseorang yang selalu saja menunggu kepastian?  Ya, tak mudah bagiku. Begitu banyak hal yang membuatku tak yakin jika kau membalas perasaanku. Begitu banyak hal yang mencoba mendorongku mundur, menghapus segala perasaanku padamu, melupakan tatap matamu padaku, melupakan senyuman yang terkembang di bibirmu, melupakan segalanya tentangmu.
            
Apa kau ingin tahu apa yang membuatku bertahan sampai detik ini? Kembali, semuanya sederhana saja. Cinta. Cinta membuatku yakin untuk tetap memperjuangkannya, walau aku tak tahu bagaimana denganmu. Cinta yang memberikanku semangat, diantara jutaan air mata dan ribuan tanda tanya. Cinta yang membuatku yakin bahwa kau juga merasakan apa yang ku rasakan. Kini, apa kau juga merasakan hal yang sama?

Kadang, aku bertanya. Apa susahnya bilang cinta? Apa susahnya menghilangkan ribuan tanda tanya yang membayang di benakku? Apa susahnya membuatku tersenyum lega? Apa susahnya membuatku yakin? Aku tak pernah menuntut apa-apa darimu, sungguh. Aku menyukaimu, sebagai dirimu.

Sudahkah kau tahu perasaanku? Sudahkah kau tahu alasanku untuk bertahan? Aku ingin mendengarnya darimu. Kini, bolehkah aku bertanya sekali lagi? Apa susahnya membuatku yakin?



Rabu, 14 Maret 2012

Cinta Datang Karena Terbiasa ?

“Cinta datang karena terbiasa jika keterbiasaan itu terjadi tanpa ketidaksengajaan” - Dwitasari


Tak disangka, bulan ini dia akan menikah. Dadaku sesak. Seharusnya aku ikut bahagia ya? Sahabatku, teman baikku, cinta pertamaku akan segera menikah. Bukan dengan aku tapi dengan yang lain.
***

“Kamu ini ya, seringnya bikin kaget! Tapi aku seneng lho secepat ini kamu akan melepas masa lajangmu.”
“Ini bukan mauku!” Jawabnya, ketus.
“Hmm..” Aku menatapnya sebentar, lalu kembali mengetik naskah novelku. Dia mengganggu aku yang sedang berimajinasi.
Witing tresno jalaran soko kulino.” Dia berkata dengan terbata-bata, berdiri dari bangkunya lalu berpindah tempat duduk, disampingku.
“Datangnya cinta karena terbiasa.” Aku menatapnya sebentar, menoyor kepalanya lalu kembali mengetik lagi.
“Ih, dengerin gue dulu dong!” Dia menjambak rambutku, memaksaku, lenjeh.
“Apaan?” Aku menatapnya ogah-ogahan dan meninggalkan naskah-naskah itu sejenak.
“Menurut elo perjodohan itu apa?”
“Zaman Siti Nurbaya.” Jawabku, seadanya.
“Gue dijodohin! Perjodohan itu menyeramkan! Dua orang yang tidak saling mengetahui satu sama lain dipertemukan dalam suatu waktu dan tempat. Bukan untuk perkenalan tapi untuk menentukan tanggal pernikahan! Pernikahan.. Negeri antah-berantah atau mungkin sesuatu yang lebih gila daripada rumah sakit jiwa!”
“Kenapa elo gak nolak aja?”
“Elo mau tahu, kenapa gue gak bisa nolak?”
“Apa?” Jawabku, penasaran.
Perjodohan itu salah satu ‘alat’ pembahagiaan
“Maksudnya?”
“Gini.. Perjodohan itu emang gak bikin gue terlalu bahagia tapi perjodohan itu bisa membuat orang-orang disekitar gue bahagia.” Dia berkata dan menatapku dalam-dalam.
“Hmm..” Ibarat paragraf, aku sudah mengetahui komplikasi masalahnya.
“Elo tahu kan nyokap gue? Dia gak bisa bertahan hidup kalau enggak dikasih suntikan insulin berkala. Dengan perjodohan ini, gue pengen ngebuat beliau setidaknya bahagia karena menikah dengan wanita yang beliau pilihin buat gue. Nyokap gue bilang cinta itu bisa dateng kalau terbiasa. Terbiasa bertemu, terbiasa saling berbagi, terbiasa saling perhatian maka cinta akan datang dengan sendirinya.” Dia menjawab semua pertanyaan yang timbul di otakku kala itu.
“Tapi ini berat!” Dia berkata padaku dengan nada tinggi.
“Kenapa?” Aku kembali bertanya padanya.
Gue harus ninggalin sesuatu yang menurut gue bisa bahagiain gue secara penuh. Termasuk seorang wanita yang selama ini mengisi kekosongan hati gue.”
Kalau tujuannya mulia, Tuhan pasti ngasih yang terbaik buat elo. Walaupun elo harus ninggalin semua hal yang menurut elo bisa membuat elo bahagia.” Aku berusaha menenangkannya, walaupun aku juga merasa miris dan getir.
***

Tanpa ditunggu pun, pernikahan itu terjadi. Aku melihat disana, seorang laki-laki dan seorang perempuan duduk di pelaminan, diberi hujanan ucapan dan salaman kebahagiaan dari semua tamu undangan.
Aku melihat cinta pertamaku, duduk dipelaminan bukan denganku tapi dengan yang lain. Aku berjalan ke pelaminan untuk memberikan ucapan. Sulit memang, menahan perkataan hati yang berkecamuk saat itu, menahan air mata agar tidak mempermalukan aku di depan dia, cinta pertamaku. Dan jika air mata itu jatuh di depan dia, aku akan berkata bahwa ini adalah air mata bahagia.
***

5 tahun berlalu. Aku masih single dan masih menyukai menulis. Buku terbaruku laris dipasaran dan cetakan pertama terjual habis selama 1 bulan. Bagaimana dengan dia? Dia hidup bahagia dengan istri dan kedua anaknya di Brunei Darussalam, dia bekerja sebagai salah satu petinggi perusahaan perminyakan di daerah sana.
Hari ini, dia berkunjung ke Indonesia. Pulang kampung katanya. Melalui chat YM, dia berjanji akan menemui saya setelah menemui ibunya yang kesehatannya berangsur membaik.
***

“Udah lama ya?” Aku segera duduk disampingnya dan mengulurkan tangan.
“Cuma salaman? Udah lama gak ketemu juga!” Dia berdiri dari tempat duduknya, mengampiriku, duduk disampingku lalu mencium kedua pipiku.
“Jangan bilang istriku ya!”
“Apaan sih! Emang istrimu bakal mutilasi kamu kalau kamu cuma nyium pipi sahabatmu? Hahaha.” Candaku membuat dia juga ikut tertawa.
“Haha. Jadi elo masih single ya?” Dia mengawali pembicaraan.
“Orang mah kalau baru ketemu itu nanya kabar, bukan nanyain status! Iyeee single haha kenapa?” Aku menjawab pertanyaannya dengan ringan.
“Tahan banget!”
“Well, masih banyak yang harus gue kejar. Masih banyak orang yang harus gue bahagiain.”
“Jangan terlalu keasikan sendirian lo!”
“Cerewet! Gimana kabar istri lo dan anak lo?” Aku bertanya.
“Istri gue baik. Anak gue udah 2. Yang pertama udah 4 tahun, yang kedua masih 2 tahun. Gimana buku lo? Masih tentang cinta-cintaan lebay? Hahaha” Jawabnya seadanya, benar-benar tidak berubah sejak 5 tahun berlalu!
Cinta itu MISTERIUS, ga bisa dipegang tapi kerasa nyata. Makanya gue gak berhenti buat menulis tentang cinta.”
“Oh.” Jawabnya pendek, sepertinya dia tidak tertarik dengan pernyataanku.
Witing tresno jalaran soko kulino. Cinta datang karena terbiasa. Jadi, cinta itu sudah datang kan!” Aku berusaha mengalihkan pembicaraan ke bahan pembicaraan yang menurutku ringan-ringan saja.
Dia terdiam dan menatapku kosong. Apa aku salah bicara? Ups.. Sepertinya aku melakukan suatu kesalahan!
“Belum.” Dia menjawab sambil memakan hidangan masakan yang sudah tersedia di depan kami. Tidak berselera.
“Gue salah ngomong ya?” Aku kagok, terdiam.
“Ternyata lo masih inget tentang cerita gue yang perjodohan itu ya?”
“Iya. Karena cerita lo itu bukan main-main.”
“Tujuan gue gak nolak perjodohan itu bukan cuma gue pengen membuat nyokap gue bahagia tapi gue juga pengen segera punya keluarga dan anak, cuma itu…”
“Istri gue bisa memberikan itu semua dan dengan pernyataan cinta datang karena terbiasa itu, gue percaya suatu saat gue bisa mencintai istri gue dengan tulus..”
“Tapi semua berjalan gak sesuai kemauan gue. Istri gue, anak gue, kebahagiaan nyokap gue, semua kosong! Gue membiarkan semua mengalir tanpa pilihan gue. Buat menyesal bener-bener udah telat. Dan bodohnya lagi, bagian hati gue masih diisi dengan wanita itu, bukan dengan istri gue!” Dia menjawab pertanyaanku dengan lengkap. Aku merasa bersalah.
“Sorry lho, gue gak maksud ikut campur soal kehidupan pribadi lo. Kita ganti topik ya?” Aku mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Mungkin ini saatnya gue ngasih tahu lo. Elo mau tahu siapa wanita yang bertahun-tahun mengisi kekosongan hati gue?” Dia menjawab pertanyaanku dan membuatku penasaran.
“Nggg.. Rahasia hati lo, jangan dibuka ke gue! Gue comel lho! Haha”
“Tapi elo harus tahu!” Dia berkata dengan sangarnya dan begitu memaksa!
“Siapa?” Aku bertanya dengan nada penasaran.
“Elo..” Dia menjawab pendek tapi mengagetkan!
“Gue? Lucu lo! Makan yuk!” Aku tidak percaya dengan jawabannya yang membuat dia terlihat bodoh.
Gue suka cara lo memandang gue. Gue suka kebiasaan lo saat bertemu gue. Gue suka kebiasaan lo berbagi sama gue. Gue suka kebiasaan lo memberi perhatian ke gue. Cinta datang karena terbiasa jika keterbiasaan itu terjadi tanpa ketidaksengajaan. Gue sengaja membiasakan semua yang terjadi antara gue dan istri gue, makanya cinta gak datang dengan mudahnya. Tapi semua kebiasaan yang terjadi secara tidak sengaja bersama lo, gue jadi tahu cinta itu segila apa!” Jawabannya membuat aku shock! Aku seperti tidak percaya dengan semua yang dikatakannya. Aku terdiam, tidak bisa berhenti menatapnya, sesak.
“Dan untuk hal yang terparah, bodoh dan tololnya, gue ngerasain hal yang sama.Cinta itu gila, dia membuat kita ga rasional! Jujur, gue pengen banget menikah dengan cinta pertama gue, tapi ternyata dia keburu menikah dengan orang lain.” Tanpa sengaja aku berkata padanya, benar-benar lisan dan tanpa kesengajaan.
“Siapa?” Dia bertanya padaku, penasaran.
“Elo lah! Pake nanya lagi!”
Beberapa detik kami butuhkan untuk saling menatap. Sorotan matanya tergeletak lemah dimataku. Dia mengulurkan tangannya ke bahuku. Dia menatapku dalam dan lekat, memelukku dengan erat. Suami orang lain, cinta pertamaku, saat ini memelukku dengan erat. Tak pernah aku merasa sehangat itu




Dibaca saat mendengarkan lagu Marry You - Bruno Mars ;)

Selasa, 13 Maret 2012

Lebih Indah

Ada yang tau Adera Ega ??? 



Cowo berkacamata nan eksotis yang satu ini lagi trend sekarang.Dia adalah penyanyi dengan single pertama dengan judulnya " Lebih Indah ". Baru aja download lagu ini. Entah kenapa dari pertama dengar langsung fallin' in love sama lagu ini.

 Lebih Indah - Adera Ega

Saat ku tenggelam dalam sendu
Waktupun enggan untuk berlalu
Ku berjanji tuk menutup pintu hatiku
Entah untuk siapapun itu

Semakin ku lihat masa lalu
Semakin hatiku tak menentu
Tetapi satu sinar terangi jiwaku
Saat ku melihat senyummu

Reff:
Dan kau hadir merubah segalanya 
Menjadi lebih indah
Kau bawa cintaku setinggi angkasa
Membuatku merasa sempurna
Dan membuatku utuh tuk menjalani hidup
Berdua denganmu selama-lamanya
Kaulah yang terbaik untukku
 
Kini ku ingin hentikan waktu
Bila kau berada di dekatku
Bunga cinta bermekaran dalam jiwaku
Kan ku petik satu untukmu

 Back to reff

Kaulah yang terbaik untukku
Ku percayakan seluruh hatiku padamu
Kasihku satu janjiku kaulah yang terakhir bagiku

Ternyata emang beneran enak. Suaranya oke, liriknya juga dalem. T.O.P deh .Cowo kayak gini bisa 100% buat gue melting kalo dia udah megang alat musiknya atau nyanyi. 

     Adera Ega adalah seorang pria kelahiran 6 Januari 1987 yang mahir menyanyi dan bermain gitar akustik. Darah seni yang mengalir di tubuh Adera merupakan warisan dari sang ayah, Ebiet G. Ade.  Single pertamanya yang baru-baru ini rilis adalah Lebih Indah.