Rabu, 29 Februari 2012

We're Like Taxi

Hari ini gue naik taksi terlarang.Karena mendadak ada sepupu gue yang kecelakaan dan dilarikan kerumah sakit.Padahal saat itu gue baru pulang sekolah abis ngerjain tugas matematika yang harus dikumpul hari itu juga.Dan setelah sampai dirumah alhasil seorang pun tak ada disana.Daripada sendirian dirumah,gue nyusul mereka aja kerumah sakit.Dan naik taksi terlarang itu.Gue sebut begitu karena mama gue selalu ngelarang gue buat naik taksi yang namanya kurang kedengeran, kalau bisa malah gue harus selalu bisa naik si taksi biru. Biar aman katanya. Tapi, gak selamanya yang keliatannya buruk itu lebih buruk dari yang keliatannya baik. 

Buktinya, hari ini gue gak disasarin sama bapak taksinya, sama sekali. Bapaknya baik banget. He is blessed. Dia lewat jalan-yang-paling-cepet-tapi-gue-selalu-lupa. Si taksi biru malahan yang sering menjebak gue dengan pertanyaan-pertanyaan pilihan. 'Lewat kiri atau kanan, Mba?' atau 'Lurus atau belok, Mba?'. Tau aja tuh bapak taksi kalo gue gak tau jalan. *sigh*


Begitu juga dengan pertemanan. Kadang yang kita percaya sepenuhnya yang malahan menjebak kita, sama seperti si taksi biru. Dari luar, dia kelihatan hebat dan bisa dipercaya, tapi pas udah di dalem, dia belum tentu seperti yang kita pikirkan. Begitu juga dengan temen yang kelihatannya buruk. Kadang mereka yang malahan ada di sebelah kita ketika kita terpuruk sedangkan si temen yang mirip taksi biru itu pergi setelah berhasil menipu.



Gue berusaha gak mau ambil pusing dengan sikap orang yang kaya gitu. Gue tau itu salah dan gue pikir gue gak perlu meniru sikap seperti itu. Kalo akhirnya pun timbul rasa kecewa dari dalam diri gue, yang salah pastinya adalah diri gue sendiri, pikiran gue. Ya, ini semua tentang kekuatan pikiran.



Siapa yang pernah berpikir kalo dia baik? Siapa yang pernah berpikir kalo dia jujur? Siapa yang pernah berpikir kalo dia gak akan mengecewakan kita? Siapa yang pernah berpikir bahwa dia akan bisa membantu melewati dunia yang kejam ini? *halah ha-ha-ha*. Intinya, siapa yang pernah berekspektasi? Orang lain? Bukan. Itu adalah diri gue sendiri.



Jadi, kalaupun pada kenyataannya dia tidak baik, dia kurang jujur, dia pernah mengecewakan, dan dia tidak selalu bisa membantu, itu bukan salahnya. Kita, sebagai manusia yang gak mau sakit hatinya, harus pintar-pintar menentukan mana yang baik dan yang buruk. Menentukan siapa yang sebenarnya boleh kita beri ruangan untuk mengisi hati kita.



Jika pada akhirnya dia yang sudah mengisi hati kita malah mengecewakan dan membuat kita sakit, itu adalah bukti. Bukti bahwa kita sebenarnya punya hati yang besar, bahkan untuk kita isi dengan orang-orang yang sebenarnya gak patut jadi bagian dari hati kita.



If you got some bad things, then you would know how to give some good things :))



Good night! *smile and love*
ditulis saat orang lain merintih karena tangan nya retak :P

Selasa, 28 Februari 2012

Perhaps You vs Manusia Setengah Salmon


 " Tak tahukah kau seperih apa perasaan hati yang tak berbalas? Menanti sesuatu yang tak kunjung datang?

Hari berganti hari, tetapi arah hatiku tak pernah berubah—selalu tertuju kepadamu. Aku tak pernah jenuh menunggu... menunggu untuk kau cintai. Namun, kau hanya menganggapku lalu. Seperti tak kasat mata aku bagimu.


Terkadang lelah menyuruhku menyerah, memintaku berhenti melakukan perbuatan sia-sia dan mulai mencari cinta baru. Namun, bagaimana mungkin aku sanggup melakukannya, kalau semua tentangmu mengikuti seperti bayangan menempel di bawah kakiku? Dan bagaimana pula caranya membakar habis semua rindu yang bertahun-tahun mengendap di hatiku?


Aku berharap mendapatkan jawaban darimu. Namun, kau tetap membisu, membuatku lebih lama menunggu."
  
. . . Stephanie Zen . . .




"Seperti rumah ini yang jadi terlalu sempit buat keluarga kami, gue juga menjadi terlalu sempit buat dia. Dan, ketika semua sudah mulai sempit dan tidak nyaman, saat itulah seseorang harus pindah ke tempat yang lebih luas dan (dirasa) cocok untuk dirinya. Rumah ini tidak salah, gue dan dia juga tidak salah. Yang kurang tepat itu bila dua hal yang dirasa sudah tidak lagi saling menyamankan tetap dipertahankan untuk bersama. Mirip seperti gue dan dia. Dan dia, memutuskan untuk pindah."

"Putus cinta sejatinya adalah sebuah kepindahan. Bagaimana kita pindah dari satu hati, ke hati yang lain. Kadang kita rela untuk pindah, kadang kita dipaksa untuk pindah oleh orang yang kita sayang, kadang bahkan kita yang memaksa orang tersebut untuk pindah. Ujung-ujungnya sama: kita harus bisa maju, meninggalkan apa yang sudah menjadi ruang kosong."
. . . Raditya Dika . . . 
Bagaimana? Tertarik? Atau malah udah pada punya...?? Bagi yang tertarik silakan langsung aja dicari di Gramedia atau di teman-teman terdekat yang udah punya, alias minjem.

With Love 

 

Jumat, 24 Februari 2012

Dear 1 1 0 9 = 1 9

Selamat malam! Jujur aja, hidup saya jadi lebih berwarna sejak ada kamu *ceilah* ha-ha-ha. Kamu memang mengganggu, tapi saya gak pernah keberatan dengan itu. Saya pikir dulu kamu emang cuma iseng aja, jadi ya saya tanggepin lebih iseng lagi, tapi ternyata..........

Ya sudahlah. Seperti yang kamu bilang, perasaan itu gak bisa dipaksa. Saya gak mau maksa kamu untuk melakukan apa yang saya minta. Saya kira kamu udah dewasa, udah bisa nentuin mana yang pantes atau gak untuk dilakuin; gak semata-mata ngikutin perasaan aja. Apa gunanya otak kalau bukan buat berpikir ulang atas perasaan yang datang di waktu yang gak tepat?

I do believe what you sow is what you reap. Saya gak mau jadi 'pengganggu' karena saya gak mau dan gak suka 'diganggu'. Tapi di sisi lain, saya gak bisa jauhin kamu karena kamu gak salah apa-apa. Saya pengen tetep berteman sama kamu.Saya gak tau suatu saat nanti kita akan tetap seperti ini atau mungkin jadi lebih.Siapa tau aja kalimat ' witing tresno jalaran soko kulino ' itu terjadi pada saya.Saya berfikir seperti itu mungkin, karena saya sudah terbiasa dengan kehadiran kamu.

Jadi, inilah saya.
Saya gak mau ikut campur lagi. Saya juga gak mau ambil pusing lagi dengan berbagai tingkah kamu. Saya gak mau peduli lagi dengan caramu berfikir. Saya akan tetap jadi diri saya yang sesuka hati. Jika karena saya kamu jadi lebih semangat dalam menjalani keseharian kamu, Alhamdulillah ya he-he-he. Saya rasa setiap orang emang sebaiknya bisa jadi berkat buat sesamanya, kan? walaupun sebenernya saya gak ngerti hal apa dari diri saya yang bisa bikin kamu semangat -_____-. Paling gak sekarang saya tau, quote "To the world you may just be someone, but to someone you may be the whole world" itu ternyata beneran terbukti ada di dunia ini ha-ha-ha.

Yang jelas, kamu berhak melakukan apa yang kamu mau. Tapi jangan lupa, selalu ada akibat dari setiap perbuatan kita :))

Oke. Gak banyak yang mau saya omongin. Saya cuma mau bilang, kita gak bisa gini terus *ceilah berasa mau putus ha-ha-ha.* Ehem ehem serius nih. Di balik semuanya, kita punya hidup masing-masing. Punya cita-cita. Punya harapan. Punya impian. Tentunya kita mau mewujudkan impian masing-masing, kan? Kalau kita tetap berpaku sama suatu masalah, kapan masing-masing dari kita mau fokus ke masa depan kita?

Sebenernya masih banyak hal lebih baik yang kita pikirkan dibanding masalah yang ‘cuma’ gitu. Bukankah kita semua pasti punya cita-cita buat bikin bangga orang tua? Eh ko pake kita, kalau saya sih gitu dan saya gak tau kamu kaya gimana, tapi saya yakin kamu juga pasti selalu pengen bikin orang tua kamu bangga punya anak kaya kamu kan? He-he-he
So, let’s move on! Move on dari situasi yang menyebalkan ini. Move on dari pikiran dan kesimpulan yang kita bikin sendiri di pikiran kita. Masih banyak hal penting lain yang bisa kita pikirin. Bukan hal ini gak penting, tapi buat saya, bebas dari IP rendah dan dapet IP tinggi itu jauh jauh jauh lebih penting buat dipikirin. Daaaaaaaaaaaaan saya rasa kamu juga punya hal yang lebih penting untuk dipikirin kan :)

Saya mau minta maaf kalau saya udah ganggu pikiran kamu.
Udah ah. Gitu aja. Sekian. Terima kasih. Good luck for you and God bless Allah swt !

Aza-Aza Hwaiting ya disana :)




Minggu, 12 Februari 2012

Kencan Pertama

Kemeja kotak-kotak, celana jeans belel dan tatanan rambut semi mohawk yang gagal. Yap, dengan dandanan mirip pengamen itu, aku berangkat dari tempatku dengan menggunakan taksi yang pengap oleh bau ketek supirnya, untuk menuju sebuah pusat keramaian di Selatan Jakarta, untuk menemuimu yang mungkin sudah menunggu.

Entah konspirasi apa yang terjadi hingga akhirnya taksi yang aku tumpangi terjebak macet di jalan kecil yang ramai oleh mobil pribadi itu. Merasa panik dengan kenyataan bahwa waktu tinggal beberapa menit lagi dan jarak yang ditempuh masih lumayan jauh, aku berpindah haluan ke Bus Transjakarta yang jalurnya masih lumayan steril dari kendaraan lain.

Setelah lari-larian naik tangga penyebrangan, aku akhirnya bisa berdiri sempit-sempitan dengan puluhan orang bau ketek lainnya di dalam sebuah Bus Transjakarta berwarna abu-abu itu. Alhamdulillah, nggak sampai sepuluh menit aku sampai di tempat kita berdua janjian dengan kondisi mengenaskan karena sepanjang jalan diketekin abang-abang.

Berbekal petunjuk seadanya dari seorang satpam yang kumisnya lebat naudzubillah, aku pun berlarian menuju tempat yang kamu sebutkan di sebuah pesan pendek beberapa menit sebelumnya tadi. Aroma cologne yang aku pakai asal-asalan sesaat sebelum pergi, sekarang terasa aneh setelah bercampur dengan keringat hasil lari-larian sedari tadi. Hasilnya, aku memiliki bau seperti anak sapi belum mandi yang dipakein cologne.

“keluar lift di lantai empat, langsung belok kanan. Di sana tempatnya. Makanannya enak-enak, Mas.” Begitulah pesan dari satpam berkumis aneh tadi. Dan ternyata benar, itu tempatnya. Lalu demi meyakinkan diri, aku membuka pesan pendek darimu sekali lagi.


"Aku di depan resto kebab nih. Kamu udah di mana? "

Setelah membaca pesan pendek itu, aku langsung mencari resto yang kamu maksud. Beruntung, resto kebab hanya ada satu di sana. Dengan perlahan, aku pun mendekat ke deretan-deretan kursi dan meja yang berada di depannya.

Lalu, di situlah kamu berada. Di antara sebuah meja dan kursi dengan sandaran yang cukup tinggi. kamu sedang meminum lemon tea dari gelas plastik berwarna putih, ketika untuk pertama kalinya aku melihat sekaligus menyadari kalau ternyata kamu sangat cantik hari itu. Rambutmu yang dibiarkan tergerai manis, terlihat pas dengan baju yang kamu kenakan. Sweet. Samar-samar lagu You’re buatiful milik James Blunt bermain di kepalaku.

Sedetik kemudian, mendadak perutku mules. Kegugupan yang luar biasa besar menyergap dada dan mulai naik ke kepala. Tanpa pikir panjang, aku langsung berlari masuk ke lorong tempat di mana wastafel tempat cuci tangan berada. Dengan tidak sabaran, aku mencuci muka sambil berharap semoga ketegangan ini bisa lekas menghilang. Larut bersama debu dan kotoran yang sebelumnya menempel di wajahku yang kusam dan jerawatan.

Setelah membasuh wajah dengan handuk kecil yang selalu aku bawa di dalam tas, aku mencoba mematut diri di depan cermin sekali lagi. Baju kotak-kotak yang tadi rapi, kini sudah kusut mungkin karena berdesak-desakkan di dalam Bus Transjakarta. Celana jeans yang tadi belel, jadi makin belel entah karena alasan apa. Hanya rambut semi mohawk gagalku yang masih berdiri dengan gagahnya.

Tapi lepas dari itu, ada ketakutan luar biasa besar yang aku rasakan di dalam dada. Aku takut ada penolakan yang harus aku tangkap, ketika kamu mendapatiku yang mungkin tidak sesuai dengan harapan yang sudah kamu bangun sendiri di dalam kepalamu. Iya, ketakutan-ketakutan seperti ini selalu berhasil membunuh rasa pede pada setiap blind date di seluruh dunia.

Ketika sibuk mengatasi gugup itu, tanpa sengaja aku menangkap bayanganmu di cermin yang ada di hadapanku. Dari sana terlihat jelas kalau kamu sedang makan dengan pelan, sambil sesekali melihat ke sembarang arah. Mungkin kamu sedang mencariku.

Demi memastikan bahwa itu beneran kamu, aku pun mengambil ponsel dan memencet tanda gagang telepon berwarna hijau setelah mencatut namamu dari dalam phonebook. Sambungan telepon masuk, dan dari bayangan kaca di hadapanku, terlihat jelas reaksi kamu yang terburu-buru mengangkat ponsel. Lalu aku menutup teleponnya, sedetik sebelum sempat diangkat oleh kamu yang lalu kebingungan.

Iya. Itu ternyata benar kamu. Dan mulesku makin menjadi-jadi.

Tapi aku harus berani menghampiri. Tidak ada kata mundur dalam kamusku. Mau nggak mau aku harus berani. Aku terus-terusan menyemangati diri sendiri.

Sekali lagi aku mematut diri di depan cermin. Tampilan kusam tadi, kini berganti menjadi tampilan tidak kusam-kusam amat setelah mencuci muka. Sambil melafadzkan doa-doa langit, aku pun bergegas menghampiri kamu dari arah belakang.

“Hai..” Aku nyengir dan kamu kaget.

“Hei..”

Tidak ada tanda-tanda penolakan, dan kita lalu bersalaman.

Dan detik-detik setelahnya, aku langsung jatuh cinta sama cara kamu tersenyum.

* * *

Sekarang adalah satu tahun setelah hari itu, kita sudah menjadi lebih dewasa, lebih mengenal satu sama lain, lebih bisa saling menghargai dan lebih saling menyayangi. Kita sudah tahu kebiasaan masing-masing, kita sudah tahu keinginan masing-masing, kita sudah hapal cara untuk berbaikan ketika salah satu dari kita ngambek seharian. Kita sering tertawa bersama, tidak jarang pula menangis bersama. Tangisan atau tawa yang akhirnya kita habiskan di bawah selimut sampai ketiduran.

Kita sudah semakin pandai sebagai sepasang orang yang saling sayang.

Ada luka, ada tawa, ada sedih, ada kecewa, ada penolakan, ada penyesalan, ada kita. Ada kamu, ada aku, saling mengisi di saat-saat paling terpuruk dalam hidup kita masing-masing. Saling menguatkan, saling menunjukkan rasa sayang. Saling melengkapi, seperti sela-sela jemari yang saling mengisi ketika tangan kita berpegangan.

Sekarang kita semakin dewasa dan terus tumbuh bersama. Aku makin kecanduan keberadaan kamu. Aku pun semakin sering mengalami proses jatuh cinta pada orang yang sama, pada kamu. Aku juga semakin meyadari kalau secara pelan namun pasti, kamu sudah menjadi salah satu bagian paling penting dalam kehidupanku.

Ya. Ini aku, orang yang sama yang selalu berusaha menjadi sebab bahagianya kamu sejak satu tahun belakangan. Orang yang sama yang akan berbagi peluk kapanpun kamu mau. orang yang sama yang akan selalu berada di tempatnya, hanya demi memastikan kamu baik-baik saja. Orang yang sama yang bersama-sama dengan kamu sudah banyak menyusun mimpi ini itu. Orang yang sama yang ingin menghabiskan hidup dengan terus menjadi partner-mu. Orang yang sama yang akan sayangi kamu apa adanya.

Selamat satu tahun hubungan ini, kamu. Dan.. Selamat menempuh hidup yang baru, kita.

I love you, sayang.

P.s : Surat ini ditulis sambil mendengarkan lagu When You Say Nothing At All-nya Ronan Keeting secara berulang-ulang. Lagu kesukaan kamu.



With Love





Sabtu, 11 Februari 2012

Ini hanya Sepertinya. . .

Dearest kamu..

Kamu tau gimana rasanya menunggu-nunggu seseorang online untuk sekedar menulis beberapa kata di twitter miliknya sendiri?

Saya tau rasanya..

Kamu tau gimana rasanya seperti ada kupu-kupu diperutmu saat sekedar chit chat dengan seseorang spesial?

Saya tau rasanya..

Kamu tau gimana rasanya ketika disapa terlebih dahulu dengan messenger itu disaat sedang asik-asiknya mengerjakan sesuatu? Dan menghentikan semua kegiatan untuk fokus kepada pembicaraan itu?

Saya tau rasanya..

Kamu tau gimana rasanya ketika menyadari seseorang yang terus-menerus berlari-lari difikiranmu saat akan tidur pada malam hari? Dan alhasil kamu jadi susah untuk tidur karna memikirkannya?

Saya tau rasanya..

Kamu tau gimana rasanya saat menyadari dia sedang membutuhkan seseorang untuk sekedar bercerita, sekedar mengeluh tentang kehidupan. Tetapi lebih memilih untuk pura-pura tidak tau dan berdiam diri. Hanya mendoakan segala masalah yang menyesakan jiwanya itu telah diselesaikan?

Saya tau rasanya..

Kalimat per kalimat ini ku tulis dengan mengingat mu. . .

With Love



Jumat, 10 Februari 2012

Penyesak Pikiran

Kepada Kamu yang Menyesaki Pikiranku

Dengan gelisah,
Aku melayangkan surat ijin untuk berhenti memikirkanmu terhitung sejak hari ini. Keputusan yang aku ambil ini sungguh berat, terlebih untuk diriku sendiri yang bahkan langsung memikirkanmu ketika mataku terbuka kala mendengar suara adzan subuh. Katanya, orang yang kita pikirkan pertama kali saat bangun dari tidur sesungguhnya adalah jodoh kita. Tapi sayang, kamu sudah memilih untuk melupakan ku.Anggap saja aku sedang tidak beruntung karena perumpamaan itu tidak berlaku untukku.

Aku benar-benar meminta ijin untuk berhenti memikirkanmu. Otakku bosan karena aku mengisinya hanya melulu tentang kamu. Tentang siapa kamu, tentang bagaimana kamu, tentang kelakuanmu, tenang hobimu, tentang kebiasaanmu, tentang kecintaanmu, tentang ketidak sukaanmu, tentang cita-citamu. Denial sebenarnya karena toh saat menulis ini aku justru semakin memikirkan kamu. Bodoh.

Semoga aku bisa berhenti memikirkan kamu. Setidaknya untuk saat ini. Saat dimana aku seharusnya memenuhi isi kepalaku dengan segalanya tentang mimpi ku bukannya malah semakin menjejakinya tentang kamu.

Memikirkan kamu sungguh menjadi candu. Tolong bawa aku ke tempat rehabilitasi pikiran sekarang juga. Cungkil semua sel di otakku yang terukir namamu kalau perlu.

Genggaman Cakrawala, 10 Febuari 2012

Gelisahku,
Pelupa yang Tidak Pandai Melupakan
With Love

Kamis, 09 Februari 2012

Surat Teguran

Nomor : 27/30HariMenulisSuratCinta/09022012
Perihal : Surat Teguran
Lampiran : 1 (Satu) Teriakan Rindu Dalam Diam

Kepada:
Yang Tersebut Pelanggar Hati
di Kotak Terlarang

Dengan berat,
Saya melayangkan surat teguran ini kepada Anda atas beberapa pelanggaran yang seluruhnya Anda lakukan tanpa Anda sadari yaitu sebagai berikut:

1. Selalu menjadi aktor utama dalam mimpi saya tanpa pernah saya pinta dan bahkan saya tidak pernah bisa merencanakan mimpi-mimpi saya namun Anda sesuka hati selalu hadir di dalamnya. Anda melanggar ketenangan tidur saya. Walaupun senang namun saya gelisah karena Anda hanya bisa ada di mimpi saya saja.

2. Merusak konsentrasi saya secara berkala setiap hari dengan kehadiran Anda secara nyata di depan mata saya. Anda itu siapa berani-beraninya merusak konsentrasi saya. Pelanggaran Anda berat sekali karena apa saat Anda merusak konsentrasi saya maka tugas-tugas yang sedang saya kerjakan—yang notabene juga menyangkut masa depan Anda—juga akan terhenti seketika.

3. Membuat suasana hati saya kacau balau jika seharian semesta memaksa saya dan Anda selalu bersama dalam jarak dekat. Pelanggaran berat karena bahkan saya sendiri pun sulit mengatur suasana hati saya sendiri namun Anda tanpa pernah saya ijinkan selalu sukses meriuh-rendahkan suasana hati saya tanpa bisa saya kontrol.

4. Membuat saya menjadi makhluk paling iri sedunia karena dengan hebatnya dia bisa dekat dengan mu tidak hanya di dunia mimpi tapi juga di dunia nyata. Dia yang justru menjadi aktris utama dalam setiap mimpimu. Pelanggaran yang sangat berat yang Anda lakukan terhadap hati saya.

Saya menegur Anda karena kehadiran Anda—yang walaupun tanpa pernah Anda sadari—mengganggu kelancaran hari-hari saya. Saya menegur Anda bukan karena saya tidak suka kepada Anda tapi saya lebih menegur diri saya sendiri yang sangat takut jika menjadi terlalu suka kepada Anda.

Demikian surat teguran ini saya layangkan. Sekali lagi, saya menegur Anda sama sekali bukan karena kesalahan yang Anda lakukan tapi karena pelanggaran yang saya ciptakan sendiri sebenarnya. Semoga Anda bisa mengapresiasi surat teguran ini lebih lanjut agar saya tidak lanjut berhalusinasi tentang pelanggaran-pelanggaran lain yang saya ingin langgar sendiri. Terima kasih.


Di Garis Pelanggaran, 9 Februari 2012
Pelanggar yang Tetap Ingin Dilanggar
With Love

Rabu, 08 Februari 2012

Dari Aku, yang Menaungimu

Untuk mengikuti #30HariMenulisSuratCinta yang dilaksanakan @poscinta :)

Surat Balasan untuk "Dari aku, yang telah gugur"

Hei, juga kamu.. Kebetulan sekarang sudah sore. Jadi selamat sore!
Ini saya. Iya, anggap saja saya yang sering mondar-mandir di pikiranmu.
Nggak perlu dimengerti kenapa aku rajin mondar-mandir di sana. Meski beribu kali kau usir, aku akan tetap ada di sana. Saat kau tak tau alasannya, bagaimana aku bisa mengetahuinya.

Maaf ya membuatmu merasa terpenjara. Aku nggak bermaksud melakukannya, sungguh. Aku bahkan ingin membebaskanmu, karena kamu tak salah apa-apa. Tapi bagaimana aku bisa membuatmu merasa bebas? Apa kamu tau, aku lelah menyalahkan diri sendiri. Aku lelah membuatmu sakit, dan aku jauh lebih sakit, dijangkiti rasa bersalah ini.


Iya, aku maling. Aku maling hatimu. Tapi kenapa baru sekarang?! Lalu, sebelum aku pergi aku ini apa? Penjaga hati? Yang menemani hatimu? Atau apa? Iya aku sakit jiwa! Sakit jiwa karena hubungan ini. Pernah nggak kamu mikir kalo aku itu sakit jiwa karena kamu?! Sadar nggak kalo kamu yang bikin aku maling hatimu! Siapa suruh punya hati baik?! siapa suruh kamu menarik? Siapa suruh perhatianmu menggenapi malam-malam sepiku? Tapi apa?! Kamu nggak pernah kasih kejelasan hubungan ini, sementara di luar sana banyak yang menawarkan “manis” sekalipun semu. Ya semu, karena aku maunya kamu! Jadi jangan bilang aku menggantung apapun ya!


Iya aku sakit jiwa, aku gila! Gila karena sayang aku ke kamu! Mana tega aku menyebarkan virus ke kamu? Kamu itu orang yang aku sayang! Sedikit pun aku nggak pernah kepikiran untuk nyakitin kamu. Tolong dong ngerti, aku pun sedang bersabar menghadapi kamu. Kamu yang setiap hari, tiap jam, tiap menit dan detik, menggerogoti warasku!


Sesungguhnya kalau ku mampu, aku mau menjadi hujan. Hujan membuat pohon-pohon lekas menyudahi keringnya. Meranggasmu berhenti, dan akan kamu tak akan mengering. Kamu akan bertahan dan tak akan jatuh, terlepas dari rantingmu. Tumbuh dan membesar. Terus menghijau indah, dan nanti bungamu akan merekah.


Tau kah kamu, aku adalah awan yang menaungimu. Melihatmu dari kejauhan. Air mataku pun rasanya ingin ku teteskan sebagai hujan. Hujan yang membuatmu merasa sejuk. Mengurangi pedihmu. Seandainya aku sanggup mencegah gugurmu.


Kamu yang telah gugur, seandainya aku mampu menjelaskan kegelisahan ini. Aku ingin memilikimu, utuh. Penuh dengan keyakinan dan utuh, berdua menjalani hidup bersama, dari waktu ke waktu. Merengkuhmu dalam batas jarak yang memisahkan kita, jauh. Ya, batas ini yang memisahkan kita. Sanggupkah kau menggapaiku, di atas sini, wahai kamu yang telah gugur?


With Love

 

Selasa, 07 Februari 2012

Dari aku, yang telah gugur

Untuk mengikuti #30HariMenulisSuratCinta yang dilaksanakan @poscinta :)
 
Hei, kamu. selamat pagi!
ya, kamu! emang siapa lagi yang setiap hari nya hilir mudik di otak ini?
masih ga ngerti ya, kenapa kamu masih aja jalan-jalan di dalam sana meski telah di usir berkali-kali. dasar ga tau malu!

wahai soul collector!
tidak cukup kah jiwa mu sendiri yang di perangkap mati? atau kamu justru bahagia melihat banyak orang menjadi zombie? oh bukan, bukan banyak orang. tapi aku yang jadi zombie! puas, hah?
kamu senang kan, melihat aku hidup tanpa jiwa. aku berjalan kesana-kemari dengan tatapan kosong, hampa, dan hambar. aku bergerak tanpa bisa merasa. aku kehilangan keseimbangan jiwa, ketenangan telah tiada. ia pergi jauh dan terpenjara semu.

eh, maling!
balikin hati aku yang hilang. jangan setelah kamu ambil dengan paksa, terus saat kamu ga butuh lagi, kamu gantung-gantungin aja itu hati. udah.... kalo kamu ga perlu lagi sama hati yang kamu maling itu, balikin ke pememilik nya kenapa? ga berani balikin? atau... kamu emang lebih suka bermain-main dengan banyak hati manusia, mengantungnya sesuka hati, lalu membiarkan hati itu kering, dengan balutan darah dan nanah. Dasar sakit jiwa!

orang gila!
cukup kamu deh yang gila, jangan nyebarin virus kemana-mana. cukup kamu.... dan jangan bawa-bawa aku. ah, aku terlalu lugu, terlalu empuk jadi sasaran, terlalu mudah di cekoki berbagai virus, terlalu sabar untuk di sayati.

Cukup! aku sudah meradang, basah, bersimbah darah dan masih saja terus-terusan kau taburkan merica dan garam di atas nya. ini perih! sangat perih. Aku dedaunan kering yang berjatuhan pada kemarau panjang. lihat, itu aku. itu aku yang terlalu lelah untuk menunggu pergantian musim. itu aku yang letih bertahan pada ranting-ranting yang tak memberi ku nutrisi. Itu aku yang terlalu sabar untuk mencinta pohon yang bahkan tak memperdulikan aku ketika ku jatuh. hahaha... si pohon justru bersyukur aku gugur, mengurangi penguapan katanya.

ah~ dasar tak punya hati...
Si pohon terus berdiri dengan nyaman, menunggu dedaunan segar hinggap kembali. sedang aku? aku terus mengering dan tak bersemi kembali.
 
With Love



Senin, 06 Februari 2012

Surat Pengingat

Nomor : 22/30HariMenulisSuratCinta/06022012
Perihal : Surat Pengingat
Lampiran : Tepukan Keras Di Pipi Agar Terbangun Dari Mimpi

Kepada:
Yang Teringat Seorang Pengingat yang Ternyata Tidak Pantas Diingat
di Ingatan Seorang Pelupa

Dengan ingat,
Mengingat banyaknya hal yang kita lalui bersama sekian lama, tidak mungkin aku tidak mengingatmu sebagai bagian dari setiap ingatan di otakku. Mengingat semua gerakmu, mengingat setiap senyummu, mengingat segalanya tentang tawamu memaksaku untuk menginvansi otakku hanya berisi tentang kamu.
Mengingat segala rupa kenangan dan angan-angan kita selama kita bersama membuatku enggan untuk tidak mengingatmu barang sedetik saja. Melupakanmu itu sulit. Mustahil untuk dilakukan jika setiap sel di otakku sudah terpatri dengan namamu.
Aku ini pelupa. Sangat pelupa. Kamu pengingat, pandai mengingat segalanya. Tak pernah luput mengingatkanku apapun itu setiap waktu. Membuat otakku jadi tanpa sadar selalu mengingatmu. Tak ada ingatanku yang tidak berisi kamu. Aku lupa bagaimana menjadi pelupa jika ada kamu sebagai pengingatku di sisiku.
Itu dulu. Kubilang itu dulu. Saat ingatanku sepertinya lupa aku isi dengan hal-hal lain selain kamu. Itu dulu saat kamu masih mengingat aku yang tidak pernah lupa akan dirimu.
Sekarang aku tidak mau mengingat yang dulu itu lagi. Kamu itu pengingat yang selalu ingin diingat tapi tidak pernah mau mengingat. 
Tidak mengingat aku karena kamu sekarang berkarat di ingatan seorang gadis lain. Kamu sekarang berubah menjadi pelupa karena mudahnya kamu melupakan cerita dan angan-angan yang kita cipta dulu. Kamu lupa segalanya yang kamu ingatkan kepadaku. Kamu cuma ingat dia. Sungguh, kamu sekarang justru membuatku menjadi pengingat yang luar biasa. Mengingat dengan detail setiap memori yang merekan kebersamaan kita dulu. Mengingat bagaimana kamu semudah itu kamu melupakanku. Mengingat hal-hal yang semestinya aku lupakan secepat kilat namun justru semakin membekas hingga kini.

Aku memang pelupa yang tidak pandai melupakan kamu pengingat yang seharusnya tidak pantas diingat.Aku tahu kita tak pernah saling menggenggam, yang ku tahu cerita kita ada.

Di Ingatan yang Terlupa , 06 Februari 2012
Ingatku,

Pelupa yang Tidak Pandai Melupakan
With Love

Minggu, 05 Februari 2012

Selamat Ulang Tahun Ayah

Untuk mengikuti #30HariMenulisSuratCinta yang dilaksanakan @poscinta :)   

Teruntuk Ayahanda tercinta yang jarang sekali bertatap muka.
Dari anakmu yang begitu rindu tapi tak punya daya untuk berlisan.

Apa kabarmu Ayah? Bagaimana makanmu? Bagaimana tidurmu? Adakah yang akhir-akhir ini memusingkanmu? Apa bajumu cukup tebal untuk melindungimu dari cuaca ekstrim akhir-akhir ini? Ayah gak lupa bawa payung, kan? Sekarang hujan gak bisa diprediksi loh Yah.
Ade? Baiiiik sekali. Di sini, Ade masih asik menata kata, mendengarkan beberapa cerita menarik dari sahabat-sahabat Ade, yaaa hitung-hitung belajar jadi psikolog sih Yah hehehe. Ade juga masih sering mengenang gimana dulu Ayah ngajak Ade nyari kunang-kunang. Ingat Yah?
 
Ayah, kita memang tinggal berjauhan, tapi anggap saja jarak itu mewakili seberapa rindunya Ade akan kedekatan kita. Kita juga jarang komunikasi, tapi anggap saja itu sebagai bagian dari rencana Ade agar saat kita ngobrol, akan ada lebih banyak cerita yang kita bagi. Dan kita juga jarang berbagi kehangatan, pun anggap saja itu sebagai pengingat betapa hangatnya pelukan dan celotah kita terakhir kali.
 
Ade memang jarang bahkan hampir gak pernah mengungkapkan betapa Ade (masih dan akan terus) sayang sama Ayah. Betapa Ade juga rindu sama Ayah. Tapi sungguh semua itu betul-betul Ade alami. Ade hanya terlalu takut mengungkapkan itu. Takut airmata yang tenang berubah menjadi air terjun.
 
Melalui surat cinta ini, Ade mau bilang, “Selamat Ulang Tahun, Ayah” selamat tanggal 05 Februari, Ayah. Semoga ayah selalu dalam lindungan Allah, hanya setitik harapan kecil itu yang bisa Ade hadiahi untuk Ayah. Nanti, Ade pasti akan mewujudkan impian Ayah. Pokoknya pasti. Ayah hanya tinggal berdoa, dan tetap mendukung Ade.
 
Mungkin banyak hal yang Ade lewatkan, mungkin banyak hal yang Ayah rindukan, dan mungkin banyak doa tak terdengar tapi tetap menggema dalam hati kita masing-masing. Ada ribuan senja kita lewatkan di tempat berbeda, ada ribuan waktu sholat kita jalani masing-masing, dan ada ribuan bintang yang kita pandang dari tempat berbeda.
 
Kita hanya berjauhan, bukan saling tidak ingat. Kita hanya butuh waktu membeku dan mempersempit jarak, bukan sekedar tulisan seperti sms. Kita juga butuh sholat berjamaah, bukan hanya saling mengamini doa satu sama lain lewat layanan telpon.
 
Kapan Yah kita akan mencari kembali kunang-kunang seperti dulu? Kunang-kunang. Seperti halnya Ayah, setitik penerang dalam kegelapan malam. Kapan lagi kita main kembang api bareng Yah? Kapan lagi kita berdoa setelah wudhu barengan Yah?
Ayah….
Biarkan waktu merenggut banyak momen kita, biarkan waktu berceceran tanpa bisa kita pungut lagi.
Biarkan senja kembali hilang dan berganti , biarkan bintang bertaburan sebanyak pasir pada pantai.
Biarkan kunang-kunang beterbangan tinggi tanpa bisa kita raih cahayanya.
 
Anggap saja semua itu mewakili betapa kita saling merindukan, betapa kasih sayang kita saling silang, dan betapa doa kita saling bersahutan.
Bayangkan betapa indahnya senja melintasi cakrawala, seindah itulah Ade menyayangi Ayah.
Bayangkan betapa banyaknya jarak yang terbentang dari garis pantai sampai persinggahan terakhir Matahari, sebanyak itupun Ade menyayangi Ayah.
 
Dan bayangkan betapa banyaknya pasir di sana, sebanyak itu pula kita pasti saling mendoakan, Yah.
Ayah, jaga diri Ayah baik-baik ya. Jangan lupa bawa payung, jaket, dan telepon genggam. Hanya sekedar mengingatkan, jangan banyak keluar rumah jika memang tidak terlalu penting. Jangan lupa kalau sudah tidak enak badan, minum vitamin Yah.

Teruntuk,

Laki-laki penyebab keberadaanku, laki-laki nomor satu dalam hidupku, laki-laki yang hati dan bibirnya selalu berdoa untukku, dan laki-laki yang kupanggil Ayah.

Dari,

Anak gadis yang begitu senang bermain kunang-kunang, anak gadis yang selalu mengamini doanya, dan anak gadis yang selalu dipanggilnya Ade,Mano,Jita...
Selamat Ulang Tahun ke-48, Ayah. Sekarang, gantian aku yang akan selalu mengirim dan menggemakan banyak doa untukmu

With Love 



Sabtu, 04 Februari 2012

120 Menit pada Sabtu Sore

Untuk mengikuti #30HariMenulisSuratCinta yang dilaksanakan @poscinta :)   
Kepada pengisi sore.

Sebelum memulai, aku ingin memberi tahumu bahwa beberapa hari yang lalu aku sempat membaca sebuah tweet yang (mungkin) benar-benar terjadi padaku hari ini.
Dari seseorang yang ku temui ketika senja mulai redup , katanya

“Ketidaksengajaan pertemuan kita bisa jadi adalah salah satu bentuk kesengajaan Tuhan.“
 
Setelah lebih dari satu tahun kita tidak bertemu dan juga tidak saling sapa meski berteman di dunia maya, akhirnya kita bertemu, saling sapa, saling tertawa, dan juga saling kaku. Waktunya kurang lebih 120 menit pada Sabtu sore tadi.
 
Aku sepulang membesuk temanku, kamu baru saja membesuk tetanggamu. Di sebuah kantin rumah sakit. Aku hendak mengisi perut karena lapar, kamu sedang makan. Dan kamu yang pertama menyapa dengan menyebut namaku.

Tiba-tiba saja kita berada dalam satu meja, saling menatap dan mulai menanyakan keadaan, kabar, dan beberapa orang yang kita kenal.  Sesekali juga terdiam dalam kesibukan masing-masing; mengunyah bakmi, menyeruput teh tawar panas, melihat lalat terbang, dan (mungkin) berpikir dalam hening. Waktu kita menghabiskannya: 45 menit cukup. Lalu kamu dengan baik hati bersedia mengantarku. Aku meyakinkan diriku jika ini bukan satu adegan dalam sebuah FTV atau sinetron, ini benar terjadi.

“Kan kita searah. Masa lupa sih?”, katamu.

Aku sejenak terlihat agak kaku, kamu pasti menangkap raut mukaku. Mana mungkin aku lupa, 3 tahun yang lalu selama 3 bulan kan kita selalu pulang bersama.
 
Aku kira perjalanan kita hanya perlu waktu 30 menit. Tapi ini Sabtu sore, mustahil terbebas macet untuk kota kita. Dan di sinilah kita semakin sebentar-sebentar hangat, sebentar-sebentar dingin, sebentar-sebentar cair, sebentar-sebentar kaku. Segala yang sebentar itu menjadi lama-kelamaan. Saat hening dan kaku tengah menyelimuti obrolan kita, aku mengutuk kemacetan yang tengah kita jalankan. Namun, ketika kita menertawai suatu hal yang kurasa begitu menhangatkan, kemacetan merupakan quality time yang menyelipkan dirinya sendiri.
 
Yang paling kuhindari adalah pembahasan tentang yang lalu, dan akhirnya yang lalu itu seketika akan maju dan menjadi alasan untuk kita mengisi waktu seperti ini. Ah, mengapa hal yang telah lalu selalu berhasil menjadi pembicaraan? Ini menyebalkan, tapi tidak menyesalkan. Ini menyebalkan karena dengan sendirinya kamu dan aku sama-sama membentuk senyum tentang kenangan kita, seolah kita sedang kembali memerankan kita kala itu pada waktu ini. Tapi tidak menyesalkan karena semua ini hanya akan terjadi saat ini dan (semoga) sekali, aku menikmati matamu yang sibuk mencari lagi potongan kisah tentang kita, aku menikmati tawaku di setiap lelucon takbermakna yang kau ujarkan, aku menikmati ketika kamu berhasil menangkap mataku yang mencuri-curi waktu untuk sekadar memandangmu sedikit lebih lama, aku menikmatimu. Semua.
 
Begitu larutnya kita, hingga taksadar waktunya telah habis. Bahkan untuk kembali berpisah dari pertemuan ini, kita terlihat begitu kikuk satu sama lain. Aku mengakhirinya dengan kata yang dulu biasa kuucapkan padamu di depan rumah sebelum kamu kembali melanjutkan perjalanan. “Terima kasih. Kamu hati-hati yah”, dengan bonus satu senyuman dan sebuah lambaian tangan kanan.
Singkat. 120 menit pada Sabtu sore.

“Ketidaksengajaan pertemuan kita bisa jadi adalah salah satu bentuk kesengajaan Tuhan.” 

Kembali aku meyakini diriku bahwa ini bukan sepotong adegan di sebuah FTV atau sinetron. Iya, ini benar.
Satu kalimat yang aku lupa katakan padamu. 

“Sampai jumpa lagi.”


With Love

Jumat, 03 Februari 2012

Ini Aku. . . Dian

Untuk mengikuti #30HariMenulisSuratCinta yang dilaksanakan @poscinta :)

Untuk semua orang yang ada di keseharian ku . . .

Mulai dari kata apa ya menulis surat ini ? Tidak perlu berbasa-basi ya ? Hampir setiap hari kok kita berkomunikasi.Jadi..kita tak usah menanyakan kabar atau sedang sibuk apa sekarang.Langsung lewat handphone saja lah biar lebih akrab ngobrol nya.Inti dari surat ini cuma ingin ngobrol disaat gak ada orang yang bisa diajakin ngobrol,ingin tertawa disaat gak ada hal yang bisa ditertawakan dan ingin cerita panjang lebar tapi gak ada orang yang mau mendengarkan.

Kamu tau gak gimana susah nya aku untuk mencari teman ngobrol sampai tengah malam ? Caranya cukup rumit hanya mengirim pesan ke semua kontak dengan memanggil namanya.Tapi jawaban mereka hanya “ kenapa”, “apa,Dian”, “ada apa”, “whatss?”. . . dan yang paling parah lagi nama ku dipanggil balik.Masih ingat apa balesan dari ku ? Cuma “gpp” 3 huruf yang slalu menjadi kebohongan belaka dibalik handphone itu.Kamu benar-benar tidak tahu atau berpura-pura tidak tahu ? Aku memanggil nama kamu itu ya..berarti aku ada apa-apa nya.Aku butuh kamu saat itu.Berharap aku dapat balasan sms mu  seperti ini “ iya Dian,aku disini..” .Tapi,tak ada yang seperti itu.

Aku boleh cerita tidak sekarang ?.15 menit aja untuk membaca cerita ku.Tak usah ditanggepin juga tak apa.Mulai cerita boleh ya ?. 2 hari ini ah..tidak, 3 hari ini aku pulang sekolah jalan kaki sendirian.Cukup dekat jarak antara rumah ku dengan sekolahan.Tapi,selama perjalanan pulang sekolah itu aku mengenang semua peristiwa ku.Sedikit berimajinasi kalau disekelilingku dalam perjalanan itu banyak anak SMA yang lalu-lalang untuk pulang sekolah.Ekspresi mereka semua senang dicampur lelah.Aku terasingkan.Karena aku pulang sendiri,aku hanya tersenyum melihat mereka lalu menangis.Aku menangis karena aku tidak kenal mereka.Ku percepat langkahku menuju kerumah.Hingga sebuah bolongan jalan yang cukup besar menghilangkan semua imajinasiku dan kaki kiri ku terkilir.Masih sepi disekelilingku,tak ada seorang pun yang lewat kecuali aku dan semilir angin yang membuat tubuh ku mengigil.

Sampai dirumah aku tidak melakukan apapun kecuali,membaringkan tubuh ku ke kasur dan masih memakai seragam sekolah hingga magrib tiba.Sepi sangat sepi tak ada orang dirumah.Jam sudah menunjukkan pukul 09.23 malam,masih tak ada orang.Ku buka pintu kamar ku dan semuanya gelap.Mereka belum juga pulang ke rumah.Hingga pada akhirnya aku kembali ke kamar sambil meratapi kesendirian ku.Dan menahan sakit kaki ku yang terkilir tadi.

Seperti itu ceritanya.Tak penting diceritain juga.Selain hal itu aku juga punya banyak cerita.Aku tak mau disini menceritakannya.Sampai malam ini juga aku masih merasa sepi.

Ada yang mau menemani ku ngobrol malam ini ? Tidak perlu di jawab.

ditulis saat : hidung tersumbat, kegalauan menghambat, napas tercekat, seorang hipotensi butuh pertolongan pertama tapi dia lebih memilih untuk menulis kesepian nya. Hebat !

With Love


Kamis, 02 Februari 2012

Hari pertama, ketika hujan

Untuk mengikuti #30HariMenulisSuratCinta yang dilaksanakan @poscinta :)

Dear . . .
buat yang jauh disana
 

Bagaimana dirimu?
Apakah hujan di tempatmu?
Apakah dingin seperti di sini?

Pagi ini,

Aku terjaga dan tak menemukan dirimu di sana saat ku membuka mata. Yang kudengar hanyalah titik-titik hujan yang jatuh mendera atap tua ini, bukan suaramu. Yang kulihat adalah langit-langit hampa dan ruangan yang kosong ini, tak ada sosok dirimu.

Tanpa disadari, hari-hari kemarin, kita masih bercakap, berbincang riang, bersenda-gurau, duduk saling berdiam. tapi hari ini, hujan, dan aku mulai menyadari bahwa kini aku sendiri. Benar-benar sendirian, dan kamu, sekarang benar-benar tak ada lagi di sini. Mengapa harus tiba-tiba seperti ini? bukankah seharusnya kita selalu bersama? bukankah hanya maut yang dapat memisahkan kita?


Aku bahkan tidak sempat bertanya apakah kamu pun menyukai hujan, seperti aku yang sangat menyukai hujan. dan apakah kamu akan marah jika melihatku basah kunyup di bawah hujan sendirian? seperti ini?


Sore ini, hujan sudah berhenti.

Tapi, di sudut mataku, hujan masih jatuh tak terkendali.

Aku sudah berjanji akan menuliskan surat untukmu setiap hari. sampai Aku
bosan dan berhenti.

Berbahagialah.

Hingga kita kembali bertemu mata.

Dari gadis
yang merindukan mu dalam diam

With Love
 
 



Rabu, 01 Februari 2012

Dua Dalam Diam

Untuk mengikuti #30HariMenulisSuratCinta yang dilaksanakan @poscinta :)

Untuk yang duluan memilih diam.

Surat ini kusampaikan karena aku tak mau menahan semua rasa yang tak bisa kuberikan lewat diam. Surat ini tak punya suara. Mereka hanya seonggok kata yang (mungkin) tidak bisa menyogokmu bersuara. Ramuan kata yang dibuat jemariku ini memang tak punya suara, tapi mereka punya rasa. Mungkin semacam rasa yang bermacam-macam karena diam mu yang menghadirkan. Semacam rasa yang saling berteriakan. Semacam rasa yang membuatku geregetan. Kurasa mereka perlu disampaikan karena hanya disini aku bisa bersuara dalam diam. Aku tau kita sedang sama-sama sibuk dalam diam. Diam yang mungkin (tidak) menyenangkan. Entahlah, tapi diammu menyadarkanku, aku rindu suara itu. Kecintaanku pada ceritamu, pada suara yang menyatakan kehadiranmu.

Diam mu itu menghawatirkan. Sedang dihampiri dukakah kamu hingga senyum mu pun tak kelihatan. Diam mu itu selalu kupertanyakan. Apa diam mu itu justru adalah jawaban? Diam mu itu seperti meragukan. Apa ada salah yang telah kulakukan? Diam mu itu seperti menghanyutkan sehingga aku ikutan diam.  Aku tak ingin mengusikmu, hanya diam mu justru yang mengusikku. Apa justru diam mu karena suaraku tak keluar lebih dahulu? Mungkinkah begitu? Sungguh, aku tak bisa membaca kode mu. Karena garis transparan itu sudah menjadi garis pekat yang susah dilewati. Jujur surat ini kusampaikan karena aku sudah tidak tahan. Ingin bangun lalu pergi menemukan kita sudah tidak saling diam-diaman. Aku takut lama-lama diam mu itu membuat posisiku tergantikan. Karena diam sudah seperti teman. Kita memang dua dalam diam. Tapi surat ini bukti aku bersuara hari ini, menyatakan rasa yang sejak lama rindu ingin lagi ku bagi.
Aku lebih cinta ketika kamu memunculkan keberisikan.

Tertanda pengirim tanpa nama.


With Love