Rabu, 29 Februari 2012

We're Like Taxi

Hari ini gue naik taksi terlarang.Karena mendadak ada sepupu gue yang kecelakaan dan dilarikan kerumah sakit.Padahal saat itu gue baru pulang sekolah abis ngerjain tugas matematika yang harus dikumpul hari itu juga.Dan setelah sampai dirumah alhasil seorang pun tak ada disana.Daripada sendirian dirumah,gue nyusul mereka aja kerumah sakit.Dan naik taksi terlarang itu.Gue sebut begitu karena mama gue selalu ngelarang gue buat naik taksi yang namanya kurang kedengeran, kalau bisa malah gue harus selalu bisa naik si taksi biru. Biar aman katanya. Tapi, gak selamanya yang keliatannya buruk itu lebih buruk dari yang keliatannya baik. 

Buktinya, hari ini gue gak disasarin sama bapak taksinya, sama sekali. Bapaknya baik banget. He is blessed. Dia lewat jalan-yang-paling-cepet-tapi-gue-selalu-lupa. Si taksi biru malahan yang sering menjebak gue dengan pertanyaan-pertanyaan pilihan. 'Lewat kiri atau kanan, Mba?' atau 'Lurus atau belok, Mba?'. Tau aja tuh bapak taksi kalo gue gak tau jalan. *sigh*


Begitu juga dengan pertemanan. Kadang yang kita percaya sepenuhnya yang malahan menjebak kita, sama seperti si taksi biru. Dari luar, dia kelihatan hebat dan bisa dipercaya, tapi pas udah di dalem, dia belum tentu seperti yang kita pikirkan. Begitu juga dengan temen yang kelihatannya buruk. Kadang mereka yang malahan ada di sebelah kita ketika kita terpuruk sedangkan si temen yang mirip taksi biru itu pergi setelah berhasil menipu.



Gue berusaha gak mau ambil pusing dengan sikap orang yang kaya gitu. Gue tau itu salah dan gue pikir gue gak perlu meniru sikap seperti itu. Kalo akhirnya pun timbul rasa kecewa dari dalam diri gue, yang salah pastinya adalah diri gue sendiri, pikiran gue. Ya, ini semua tentang kekuatan pikiran.



Siapa yang pernah berpikir kalo dia baik? Siapa yang pernah berpikir kalo dia jujur? Siapa yang pernah berpikir kalo dia gak akan mengecewakan kita? Siapa yang pernah berpikir bahwa dia akan bisa membantu melewati dunia yang kejam ini? *halah ha-ha-ha*. Intinya, siapa yang pernah berekspektasi? Orang lain? Bukan. Itu adalah diri gue sendiri.



Jadi, kalaupun pada kenyataannya dia tidak baik, dia kurang jujur, dia pernah mengecewakan, dan dia tidak selalu bisa membantu, itu bukan salahnya. Kita, sebagai manusia yang gak mau sakit hatinya, harus pintar-pintar menentukan mana yang baik dan yang buruk. Menentukan siapa yang sebenarnya boleh kita beri ruangan untuk mengisi hati kita.



Jika pada akhirnya dia yang sudah mengisi hati kita malah mengecewakan dan membuat kita sakit, itu adalah bukti. Bukti bahwa kita sebenarnya punya hati yang besar, bahkan untuk kita isi dengan orang-orang yang sebenarnya gak patut jadi bagian dari hati kita.



If you got some bad things, then you would know how to give some good things :))



Good night! *smile and love*
ditulis saat orang lain merintih karena tangan nya retak :P

Tidak ada komentar:

Posting Komentar