Rabu, 01 Februari 2012

Dua Dalam Diam

Untuk mengikuti #30HariMenulisSuratCinta yang dilaksanakan @poscinta :)

Untuk yang duluan memilih diam.

Surat ini kusampaikan karena aku tak mau menahan semua rasa yang tak bisa kuberikan lewat diam. Surat ini tak punya suara. Mereka hanya seonggok kata yang (mungkin) tidak bisa menyogokmu bersuara. Ramuan kata yang dibuat jemariku ini memang tak punya suara, tapi mereka punya rasa. Mungkin semacam rasa yang bermacam-macam karena diam mu yang menghadirkan. Semacam rasa yang saling berteriakan. Semacam rasa yang membuatku geregetan. Kurasa mereka perlu disampaikan karena hanya disini aku bisa bersuara dalam diam. Aku tau kita sedang sama-sama sibuk dalam diam. Diam yang mungkin (tidak) menyenangkan. Entahlah, tapi diammu menyadarkanku, aku rindu suara itu. Kecintaanku pada ceritamu, pada suara yang menyatakan kehadiranmu.

Diam mu itu menghawatirkan. Sedang dihampiri dukakah kamu hingga senyum mu pun tak kelihatan. Diam mu itu selalu kupertanyakan. Apa diam mu itu justru adalah jawaban? Diam mu itu seperti meragukan. Apa ada salah yang telah kulakukan? Diam mu itu seperti menghanyutkan sehingga aku ikutan diam.  Aku tak ingin mengusikmu, hanya diam mu justru yang mengusikku. Apa justru diam mu karena suaraku tak keluar lebih dahulu? Mungkinkah begitu? Sungguh, aku tak bisa membaca kode mu. Karena garis transparan itu sudah menjadi garis pekat yang susah dilewati. Jujur surat ini kusampaikan karena aku sudah tidak tahan. Ingin bangun lalu pergi menemukan kita sudah tidak saling diam-diaman. Aku takut lama-lama diam mu itu membuat posisiku tergantikan. Karena diam sudah seperti teman. Kita memang dua dalam diam. Tapi surat ini bukti aku bersuara hari ini, menyatakan rasa yang sejak lama rindu ingin lagi ku bagi.
Aku lebih cinta ketika kamu memunculkan keberisikan.

Tertanda pengirim tanpa nama.


With Love



Tidak ada komentar:

Posting Komentar