"Aku ingin menyentuhmu, tidak hanya dengan doa tapi dengan tanganku sendiri, dengan jemariku sendiri."
Waktu
menunjukan pukul 03:03, ketika wanita normal lainnya telah terpejam
memeluk guling dan dibalut selimut. Mas, kau selalu tahu 'kan bahwa aku
bukan wanita normal? Aku selalu melakukan hal-hal yang tidak lazim
dilakukan seorang wanita. Tidur terlalu malam, berfantasi terlalu dalam.
Mataku masih terbuka lebar, mendengar suara seorang wanita yang sejak
tadi menggelitik telingaku, judul lagunya I Think I Love You, OST Full
House (Korea).
Aku
mulai membuka inbox emailku, mengarahkan kursornya menuju email-email
lamamu. Masih tersimpan runtut disana, sesuatu yang mungkin telah kau
hapus dari kotak terkirim emailmu. Aku mulai membuka dan membacanya
satu-persatu. Cerita lugumu, keluhanmu, pujianmu, candaanmu, amarahmu,
tertulis jelas disana.
Kau
bercerita tentang ibu, kedua adikmu, tentang bapak, tentang kegiatanmu
di kampus, tentang prestasimu di kelas, tentang caramu berbagi dengan
orang lain, tentang temanmu di kelas, tentang sepedamu, tentang
gerejamu, tentang orang-orang yang membuatmu bingung untuk melakukan
apapun, dan tentang caramu yang langka dalam mengungapkan rindu. Dalam
tulisan itu bahkan kau tak menggunakan kata "sayang" sekalipun. Tapi,
entah mengapa tulisan yang cukup lama terpendam di inbox emailku
benar-benar menyuruhku untuk kembali menyediakan tempat kosong di otakku
agar diisi olehmu. Dan, perlahan-lahan kenangan itu mulai bekerja,
bereaksi dengan dengung suara tawa dan tangismu. Kita pernah tertawa dan
menangis bersama, Kak. Aku tidak pernah lupa.
Membaca
tulisanmu kali ini benar-benar membuat mataku bengkak, membuat nafasku
sesak, memaksa air mata tergolek lemas di pipiku. Kak, mungkin kamu
tidak merasakan hal yang sama, karena kutahu kau sudah terlalu sibuk
dengan kegiatan yang kau jalani sehari-hari. Kau tak punya waktu untuk
sekedar memikirkan cinta dan perasaan rindu seseorang yang menyediakan
air matanya hanya untukmu. Aku tahu, Kak. Jika kau ingin kembali
menegaskan bahwa status kita HANYA TEMAN, kali ini kau tak perlu
membentakku dan mengulang kata HANYA TEMAN itu. Perlahan-lahan aku
mengerti apa yang kau simpan di otakmu.
Kak,
kali ini aku tak akan mengatakan rindu, aku tak akan mengatakan kangen.
Karena aku tak pernah menemukan cara yang tepat untuk menyatakan dan
mengungkapkan itu. Aku hanya ingin mengatakan satu hal yang mungkin tak
pernah kau anggap serius. Aku ingin mendengar suara tawamu yang dilapisi
dengan suara bass-mu. Beri aku kesempatan untuk tahu kabarmu, bahwa
selama beberapa bulan kita tak saling memberi kabar, kau tetap berada
dalam keadaan baik-baik saja.
Kak,
apakah kau masih memikirkan tentang perjumpaan nyata? Apakah kau ingin
menjadikanku sebagai sosok nyata yang bisa kau lihat, kau genggam, dan
kau peluk? Aku sangat ingin kau berlari menuju dunia nyataku, setelah
setahun ini kau bersembunyi di balik dunia maya itu. Untuk perjumpaan
nyata itu, masih kudoakan setiap hari. Bayangkan, Kak. Aku sudah meminta
pada Tuhan agar DIA menyusun rencana indahNYA, agar aku bisa menemuimu,
agar aku bisa menatap matamu lekat dalam jarak dekat. Aku akan
menemuimu, Kak. Aku akan menjadikanmu nyata. Di dalam waktu yang telah
Tuhan simpan di rencana indahnya, disana pasti ada saat-saat aku
memelukmu. Aku ingin menyentuhmu, tidak hanya dengan doa tapi dengan
tanganku sendiri, dengan jemariku sendiri.
debora : ooooooh gitu yah dekk
BalasHapuscukup tau aja yah hahahah :D
awas yah centil" kamunya aku jitak
jgn main cubit"an mulu yah wkwkwkwk :p
Debora : yeee apaan siiihh ye siapa juga yang centil,kamu nya kan yang ngajarin aku duluan :P
BalasHapus