Jadi, sungguh aneh, menjadi manusia kok takut di hina ? Biarkan aja,
anggap saja angin lalu, kalau bahasa gaulnya “ cuek aja, emangnya gue
pikirin (EGP) “ Loh iya, kenapa mesti dipikirin ? Di hina, di cela atau
di caci maki, kok dipikirin ? Loh keenakan yang menghina dong, kan itu
berarti tujuannya tercapai, orang yang menghina akan puas. Kan tujuan
orang menghina itu adalah menjatuhkan mental orang yang dihinanya,
mental orang yang di hina makin jatuh, dia makin senang. Loh jadi buat
apa menyenangkan si penghina, iya kan ? Cuek aja, biarin aja, sabodo
aja, ngapain dipikirin. Kalau kamu berkata : “ Habis kepikiran, gimana
dong ? “ Ya banyak-banyak istigfar aja, Itu lebih baik, dari pada
mikirin penghinaan.
Sebenarnya, saat kau di hina, di cela atau di
caci maki, semestinya kau ucapkan “ Alhamdulillah”, alhamdulilah masih
ada orang yang menghina, alhamdulillah masih ada orang yang mencela,
alhamdulillah masih ada orang yang mencaci maki. Loh ini apa-apaan sih ?
Di hina, di cela dan di caci maki, kok Alhamdulillah ? Lah iya, kan itu
berarti kau sedang diperingatkanNya, sedang ditunjukiNya, jangan-jangan
hidayah sedang diturunkanNya kepadamu, Kok bisa ? Karena saat kau
sedang di hina, di cela atau dicaci sedemiikian rupa, itu artinya Dia
sedang menghilangkan kesombonganmu, Dia sedang membersihkanmu dari
penyakit-penyakit hati, bukankah kamu mengatakan di atas tadi, bahwa “
aku paling bersih, paling suci dan paling benar ? “ Nah saat itulah, kau
“ ditampar” sedemikian rupa olehNya, hingga jiwa terkapar,
berdarah-darah, perih dan sebagainya. Jadi, mengapa takut di hina, di
cela dan di caci maki ? Nah, lebih alhamdulillah lagi, kalau kamu di
anggap atau di katakan “gila”, kalau kamu sudah mendapat”cap” yang satu
ini, dari orang sekelilingmu, maqommu, meningkat.
Untuk yang terakhir ini, “berat” membahasnya, untuk itu, saya cukupkan sekian. Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar