Ih Wi, hebat banget si loe bisa
dapat beasiswa!!!
Ucapan
itu keluar dari setidaknya dari beberapa orang ketika mendengar saya mendapat
beasiswa Fulbright
untuk melanjutkan S2 ke Amerika. Beberapa orang mengucapkan selamat sambil
terus bilang kata-kata di atas.
Buat
saya, mendapat beasiswa adalah hal yang lumrah saja karena selama Indonesia
masih menjadi negara berkembang (baca: negara dunia ketiga), negara-negara maju
akan memberikan bantuan beasiswa ini. Jadi, kalau gigih berjuang dan cerdas
berusaha, beasiswa hanya tinggal masalah waktu.
Untuk
saya begitu. Tidak banyak orang yang tahu bahwa ini adalah percobaaan ketujuh
saya untuk mendapat beasiswa. Setelah mendapat enam kali pelajaran berharga,
saya akhirnya lulus juga. Dan tidak tanggung-tanggung, saya mendapatkan
beasiswa yang selama ini dianggap orang sangat prestisius dan susah. Bangga?
Tentu saja. Keluarga dan suami saya masih terus memperlihatkan betapa bangganya
mereka. Tapi setelah itu, lama-lama saya anggap beasiswa ini adalah amanah
Tuhan yang harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab. Karena bukan main-main
mendapat beasiswa. Saya punya tanggung jawab moral untuk kembali ke tanah air
dan mengamalkan ilmu yang saya dapat di belahan bumi Tuhan yang lain.
Beasiswa
pertama yang mengirimkan surat
tolak adalah beasiswa Chevening
ke Inggris. Saya sudah dipanggil wawancara, tapi saya belum berhasil. Yang
kedua adalah ADS
ke Australia.
Surat penolakan
itu datang lagi. Gondok? Bisa jadi begitu. Tapi karena kata gagal sudah tidak
ada lagi dalam kamus hidup saya, saya tersenyum saja dan bilang dalam hati,
“Wi, ini hanya masalah waktu.” Ketiga kalinya saya coba lagi Chevening. Malah
lebih parah. Saya tidak dipanggil wawancara. Hahaha. Tertawa saya waktu itu.
Saya lalu coba lagi ADS. Datang sebuah pemberitahuan bahwa ada surat datang ke kantor pos
yang harus saya ambil. Begitu surat
sampai di tangan saya, jelas-jelas tertulis, “Anda belum beruntung.”
Karena
saya sudah siap mendapatkan surat
tolak, saya biasa-biasa aja. “Baru empat kali,” saya berujar. Di mailing list Beasiswa,
orang-orang ada yang mencoba sampai 15 kali baru berhasil. Jadi kalau baru
empat kali dapat surat
tolak, ini belum ada apa-apanya.
Saya
menganggap yang paling hebat adalah orang yang bisa membiayai sekolahnya
sendiri. Saya belum sanggup membayar mahal untuk sekolah di luar negeri. Ini
membuat saya menjadi “pengemis intelektual”. Tapi buat saya, kalau ini memang
caranya saya bisa memajukan bangsa, akan saya lakukan juga. Percobaan kelima
adalah beasiswa Noradke
Norwegia. Saya gagal karena Universitas Padjadjaran tempat saya belajar dulu
tidak punya kerjasama dengan UIO di Norwegia. Ah sudahlah. Masih banyak jalan
menuju Roma. Saya percaya itu.
Selidik
punya selidik, ada beasiswa ke Swedia.
Saya sudah mulai menyusun strategi karena sudah pernah 5 kali dapat surat tolak. Intinya,
pasti ada yang saya belum kuasai, sehingga saya belum bisa diterima. Betul
sekali, bahwa saya mendapat surat
tolak keenam kalinya. Saya ingat sahabat baik saya Tomi Haryadi. Dia mendapat
beasiswaStuned
ke Belanda, lalu Fulbright
Humphrey ke Amerika. Dia selalu bilang, “Wi, ayo. Sedikit
lagi.” Saya kagum karena Tomi tidak pelit ilmu. Dia memberikan kepada saya
tip-tip dan juga memberikan saya contoh-contoh Study Objective dan Personal
Statement yang kira-kira bisa menarik perhatian para pemberi beasiswa. Ini yang
membuat saya sadar, bahwa rezeki Tuhan tidak kemana. Tomi ingin saya, dan
banyak kawan-kawannya mendapat beasiswa. Jadi tanpa pelit, dia membagi ilmunya.
Selanjutnya,
saya melihat ada beasiswa Tsunami
Fulbrightyang khusus diberikan untuk putra-putri Aceh. Saya
pikir, saya pasti tidak bisa karena saya bukan berdarah Aceh, jadi saya mau
mendaftar yang regular saja. Namun ketika saya konfirmasi ke Aminef
(organisasi yang bekerja erat dengan Fulbright), mereka bilang kalau kerja di
Aceh maka bisa mencoba. Jadi saya pikir kenapa tidak.
Dengan
gegap gempita, saya mendaftar. Belajar dari enam kali surat penolakan, kali ini saya minta
supervisor saya di kantor untuk mencek Study Objective yang saya buat. Dia
mementor saya. Beberapa waktu berlalu. Saya hampir lupa saya mendaftar beasiswa
sampai kawan saya bilang beberapa kawannya sudah mendapat kabar dari Fulbright.
Saya lantas membuka email khusus yang saya buat untuk mendaftar beasiswa. Saya
melihat ada email yang bilang bahwa saya maju ke babak selanjutnya. Saya harus
merevisi Study Objective dan membuat Personal Statement. Saya langsung
menghubungi lagi supervisor saya. Tinggal empat hari waktunya. Tapi saya yakin,
kalau rezeki, tidak akan kemana.
Singkat
cerita, saya diterima. Puji Allah yang Mahaesa. Saya akan ke Amerika. Waktu
berangkat masih sekitar 8 bulan lagi ketika saya harus rajin mengurus-urus
administrasi.
Yang
bisa saya bagi adalah bahwa beasiswa itu mudah. Yang membuat susah hanyalah
pikiran kita saja yang sering kalah sebelum berperang. Yang membuat susah
hanyalah rasa malas mengurus berkas dan menunda-nunda pekerjaan. Saya dulu cuti
dari kantor di Banda Aceh dan bela-belain ke Bandung mengurus transkrip. Mahal sekali
ongkosnya. Tapi karena saya mau, maka saya lakukan juga. Beberapa kawan
beralasan jarak, tidak ada waktu, dan segala-gala rupa. Tapi semua orang punya
waktu 24 jam, baik itu saya, Pak Jusuf Kalla, Presiden Obama, atau Rasul
Muhammad dulu. Tinggal masalah prioritas atau tidak.
Beberapa
orang malas ikut karena ribet harus riset mau sekolah dimana. Tapi
jangan-jangan mereka lupa, bahwa tidak ada yang pakai proses di dunia ini.
Kalau malas, bagimana mau dapat. Berikutnya, beberapa orang malas ikutan tes
TOEFL atau IELTS. Alasaannya karena beberapa tes diadakan di hari Sabtu, di kala
libur akhir pekan. Saya ingat sekali. Saya dan seorang kawan (yang juga
keterima Fulbright) datang jam setengah 8 pagi untuk ikut tes TOEFL di hari
Sabtu. Bisa kok, kalau mau.
Saya
pernah membuat presentasi yang saya perdengarkan di Universitas Syiah Kuala dan
IAIN Ar-Raniry. Waktu itu yang datang tidak banyak. Entah kenapa, tapi saya
curiga karena mereka menganggap beasiswa itu susah. Berikut saya kutipkan
beberapa tips yang pernah saya lakukan dan berhasil:
1. Tahu
jurusan apa yang kita mau
Bisa dilakukan dengan cara browsing, ngobrol dengan: yang pernah sekolah, dosen, supervisor, dst, baca banyak buku: Kiat Mendapatkan Beasiswa (bisa dibeli di milis beasiswa), dan ikut milis beasiswa, seperti beasiswa@yahoogroups.com.
Bisa dilakukan dengan cara browsing, ngobrol dengan: yang pernah sekolah, dosen, supervisor, dst, baca banyak buku: Kiat Mendapatkan Beasiswa (bisa dibeli di milis beasiswa), dan ikut milis beasiswa, seperti beasiswa@yahoogroups.com.
2. Tahu
jenis-jenis beasiswa
Pengalaman saya mengatakan bahwa ada orang-orang yang terlihat semangat mendaftar beasiswa tapi tidak tahu beasiswa yang ditawarkan itu apa saja. Banyak yang cuma tahu Chevening, ADS, Fulbright, tapi ada yang tidak tahu ada beasiswa USAID, NZAID, dan banyak lagi (ini soalnya males mencari dan nunggu disuapi). Bahkan ada beasiswa yang langsung dari universitas. Ada yang bahkan tidak tahu kapan deadline-nya. Beberapa juga suka mengerjakan semua syarat-syaratnya di waktu-waktu terakhir alias last minute. Saya yakin sekali, usaha itu akan mempengaruhi hasil. Jadi kalau tidak mau investasi waktu, yah siap-siap mendapat surat tolak.
Pengalaman saya mengatakan bahwa ada orang-orang yang terlihat semangat mendaftar beasiswa tapi tidak tahu beasiswa yang ditawarkan itu apa saja. Banyak yang cuma tahu Chevening, ADS, Fulbright, tapi ada yang tidak tahu ada beasiswa USAID, NZAID, dan banyak lagi (ini soalnya males mencari dan nunggu disuapi). Bahkan ada beasiswa yang langsung dari universitas. Ada yang bahkan tidak tahu kapan deadline-nya. Beberapa juga suka mengerjakan semua syarat-syaratnya di waktu-waktu terakhir alias last minute. Saya yakin sekali, usaha itu akan mempengaruhi hasil. Jadi kalau tidak mau investasi waktu, yah siap-siap mendapat surat tolak.
3.
Gagal itu tidak ada
Saya sudah lama tidak punya kata GAGAl dalam hidup saya. Yang ada hanyalah belum saatnya, belum rezeki, masih disuruh belajar sampai bisa. Jadi buat saya ini hanyalah persoalan keteguhan hati, dan stamina. Saya berangkat di percobaan ketujuh, ada yang sampai 10 bahkan 15 kali baru bisa. Bukan persoalan hebat, tapi persoalan proses orang yang berbeda-beda.
Saya sudah lama tidak punya kata GAGAl dalam hidup saya. Yang ada hanyalah belum saatnya, belum rezeki, masih disuruh belajar sampai bisa. Jadi buat saya ini hanyalah persoalan keteguhan hati, dan stamina. Saya berangkat di percobaan ketujuh, ada yang sampai 10 bahkan 15 kali baru bisa. Bukan persoalan hebat, tapi persoalan proses orang yang berbeda-beda.
4.
Jangan takut bersaing
ini saya suka sebel. Karena ingin bersaing, menggunakan cara-cara yang tidak sehat. Banyak orang yang pelit berbagi informaasi dan ilmu. Padahal, dapat beasiswa ini faktor usaha cerdas dan kasih sayang Tuhan. Saya rajin sekali membagi-bagi Study Objective dan Personal Statement saya untuk dijadikan contoh. Bisa kontak email kalau mau. Karena saya mau semua orang maju. Ga seru maju dan pinter sendiri.
ini saya suka sebel. Karena ingin bersaing, menggunakan cara-cara yang tidak sehat. Banyak orang yang pelit berbagi informaasi dan ilmu. Padahal, dapat beasiswa ini faktor usaha cerdas dan kasih sayang Tuhan. Saya rajin sekali membagi-bagi Study Objective dan Personal Statement saya untuk dijadikan contoh. Bisa kontak email kalau mau. Karena saya mau semua orang maju. Ga seru maju dan pinter sendiri.
5. Improve your English. Tingkatkan
kemampuan berbahasa Inggris
Ini berlaku kalau mau sekolah ke negara dengan Inggris sebagai bahasa pengantar. Perlu diingat bahwa TOELF dan IELTS juga cuma alat ukur. Yang paling penting adalah paham yang bisa didapat dari belatih, berlatih, dan berlatih. Saya dulu beli buku TOELF dan IETLS, dan saya berlatih sendiri. Bila tidak mengerti, saya tanya dengan orang-orang yang mengerti.
Ini berlaku kalau mau sekolah ke negara dengan Inggris sebagai bahasa pengantar. Perlu diingat bahwa TOELF dan IELTS juga cuma alat ukur. Yang paling penting adalah paham yang bisa didapat dari belatih, berlatih, dan berlatih. Saya dulu beli buku TOELF dan IETLS, dan saya berlatih sendiri. Bila tidak mengerti, saya tanya dengan orang-orang yang mengerti.
6.
Sekolah dimana enaknya?
Kembali kepada tips pertama. Rajin-rajin ngobrol. Karena banyak universitas di luar negeri itu bagus-bagus. Tinggal memilih sekolah yang punya spealisasi, karena mereka pasti akan mengembangkan ilmu dengan riset-riset terdepan. Dan yang pasti, tinggal bagaimana kita belajar saja.
Kembali kepada tips pertama. Rajin-rajin ngobrol. Karena banyak universitas di luar negeri itu bagus-bagus. Tinggal memilih sekolah yang punya spealisasi, karena mereka pasti akan mengembangkan ilmu dengan riset-riset terdepan. Dan yang pasti, tinggal bagaimana kita belajar saja.
7.
Selamat datang sukses
Banyak orang siap tidak berhasil, tapi tidak siap ketika sukses. Buat saya penting untuk menyiapkan diri untuk sukses. Saya baru saja menikah ketika saya mendapat beasiswa. Tapi suami saya luar biasa. Dia bilang bahwa saya harus berangkat. Saya persiapkan diri saya dan dia untuk berpisah sejenak. Saya persiapkan orang tua saya yang tidak muda lagi untuk melihat anaknya pergi jauh. Saya siapkan adik-adik saya yang akan tidak melihat kakaknya untuk jangka waktu yang relatif lama. Saya siapkan kawan-kawan saya bahwa saya bisa jadi tidak bisa ada ketika mereka butuh seperti biasanya. Untuk saya, sukses juga berarti siap untuk terus rendah hati. Karena seperti yang pernah saya bilang di atas, tidak ada hebatnya mendapat beasiswa. Semua orang bisa dapat, tergantung usahanya. Jadi yang sombong, ke laut saja.
Banyak orang siap tidak berhasil, tapi tidak siap ketika sukses. Buat saya penting untuk menyiapkan diri untuk sukses. Saya baru saja menikah ketika saya mendapat beasiswa. Tapi suami saya luar biasa. Dia bilang bahwa saya harus berangkat. Saya persiapkan diri saya dan dia untuk berpisah sejenak. Saya persiapkan orang tua saya yang tidak muda lagi untuk melihat anaknya pergi jauh. Saya siapkan adik-adik saya yang akan tidak melihat kakaknya untuk jangka waktu yang relatif lama. Saya siapkan kawan-kawan saya bahwa saya bisa jadi tidak bisa ada ketika mereka butuh seperti biasanya. Untuk saya, sukses juga berarti siap untuk terus rendah hati. Karena seperti yang pernah saya bilang di atas, tidak ada hebatnya mendapat beasiswa. Semua orang bisa dapat, tergantung usahanya. Jadi yang sombong, ke laut saja.
8. Jangan lupa pulang ke tanah air. atau
kalau ingin menetap di luar, berjuang terus untuk Indonesia
ini cuman sedikit saran saja. banyak yang
setelah sekolah memang memilih tidak pulang. saya tahu ini pilihan, dan saya
tidak bisa intervensi pilihan orang lain. namun, Indonesia masih sangat butuh
ilmuwan-ilmuwannya kembali membangun. pemerintah mungkin kurang apresiastif,
tapi masyarakat yang miskin dan yang harus dibantu masih banyak sekali. dan
saya yakin, dengan memilih terus berjuang untuk tanah air, dimanapun kita
berada, akan sangat bermanfaat.
berjuang
untuk tanah air, dimanapun kita berada, akan sangat bermanfaat.
Begitulah.
Saya sekarang sedang sekolah di Clinton School
of Public Service di kota
kecil bernama Little Rock di Arkansas. Saya belajar pelayanan publik di sekolah
Presiden Clinton. Banyak orang mencibir saya kok mau sekolah di kota kecil. Tapi buat
saya, yang penting adalah bahwa saya tahu saya mau memahami pelayanan publik,
dan sekolah ini punya spealisasi itu. Saya juga punya etos belajar yang kuat.
Mau dilempar dimana saja, saya akan bisa belajar. Sejauh ini, saya sudah
bertemu banyak orang hebat karena bersekolah di sekolah ini. Setidaknya, saya
bertemu Hans Blix, utusan PBB yang mencari senjata pemusnah massal di Irak,
Presiden Clinton, dan Menlu AS Madeline Albright. Saya mungkin tidak masuk ke
10 besar sekolah di Amerika, tapi pengalaman hidup dari luar sekolah juga tidak
bisa dinafikkan. Insya Allah, ini semua pasti bisa saya bagi ke Indonesia
kelak.
Jadi
siapkah Anda mendapat beasiswa? Hanya Anda yang bisa menjawab.< Dewi Greenjo>
Mbak ak mengoreksi pernyataan diatas bhw semua beasiswa keluar negeri itu prestisius dan sgt susah. Jujur aj mbak beasiswa chevening sangat difavoritkan krn studi tersingkat dan lebih susah dalam sistem perkuliahan dibandingkan Amerika yg msh lebih santai. So klo buat blogspot selanjutnya menggunakan kata2 yg jgn menjebak diri sendiri. Ok
BalasHapus